Monday, December 22, 2014

Setelah raportan

Setelah pembagian rapot kemarin Sabtu, rasanya lega bahwa Ceza mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Pelajaran yang menggunakan kurikulum yang digadang-gadang bagaikan hantu.. Ternyata, Ceza mampu juga mengikutinya. Ranking buat saya adalah bonus. Karena bukan ranking yang menentukan seorang anak itu pintar. Menjadi yang terhebat di antara temannya pun tak menafikan bahwa dia pun didukung oleh teman-temannya untuk menjadi pintar. Jadi, saya tak memaksa Ceza untuk bisa ranking di sekolah tetapi mampu mengerti dan memahami pelajaran. Sebab, dengan memahami pelajarannya dia akan mudah menjawab semua pertanyaan.

Sebab, kepintaran dan kecerdasan itu bisa dilihat dari banyak tanda. Dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, emosi, bahasa dan sosial kemandirian. Untuk mengoptimalkan semua kecerdasannya, anak perlu mendapat stimulasi terarah selain nutrisi yang lengkap.

Jangan membiasakan anak bermain pasif, seperti terlalu banyak menonton televisi. Biarkan ia bermain, membaca, menjelajahi dunia di sekelilingnya a k a benda - benda di sekelilingnya. Sebab semakin banyak bergerak, membaca sembari bereksplorasi akan semakin mengasah kecerdasannya.

Tak habis-habisnya  

Selain itu juga merangsang kreativitasnya, dengan bermain balok, mewarnai, menggambar atau bermain - main di luar ruangan. Ingat sekali saya,bou mengajarkan Ceza untuk mewarnai huruf dengan warna berbeda dengan latar belakangnya. Saya memang tidak memprotesnya untuk Ceza belajar melihat dulu hasil karyanya. Jika huruf diwarnai merah lalu latar belakangnya merah pula, jelas hurufnya tidak terlihat. Ceza belum mengerti maksud Bou sampai setelah selesai mewarnai, dia tidak bisa membedakan hurufnya. So, dia belajar tidak menggunakan warna yang sama lagi jika besok diberi tugas mewarnai lagi. 

Selain stimulasi, yang tak kalah penting adalah sentuhan ibu. Sentuhan yang penuh kasih dari orang tua terbukti bisa mempererat bonding anak dan orangtuanya. Sentuhan ibu membuat anak kita dapat tumbuh lebih percaya diri karena merasa disayang dan dihargai. Saat dewasa, anak akan menjadi pribadi yang mudah bersosialisasi dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Anak juga menjadi lebih mudah bergaul, bisa berempati, serta sayang dengan hewan peliharaan. 

Itulah sebabnya, menciptakan waktu berkualitas antara orangtua dan anak sangatlah penting dilakukan. Sebanyak apa pun urusan kantor atau pekerjaan rumah, sempatkan waktu untuk berkomunikasi dan menyentuh anak secara langsung. Membelai, memeluk, mencium atau menemani sesaat sebelum tidur membuat anak merasa tidak ditinggalkan. Jangan lupa selipkan kata-kata positif yang dapat membangun kesembuhan dan kepercayaan diri mereka.

Sehingga, suatu saat kelak dia menjadi seseorang dia pun akan lakukan seperti yang kita lakukan. Sama hal dengan saat ini kita adalah penerus dari didikan ibu,mamak,umi,mami,bunda apalah sebutannya untuk orang yang telah melahirkan, membesarkan dan tak putus-putusnya mendoakan kita.

Terima kasih Mamak.. Untuk segalanya...

Thursday, December 18, 2014

Jangan sepelekan kesehatan gigi

Pengalaman saya yang selalu bermasalah dengan gigi sedari kecil memberi kesadaran tinggi ke saya untuk selalu rajin merawat gigi. Kebiasaan ini saya tularkan kepada Ceza dan Cheryl dengan tidak henti-hentinya mengingatkan untuk menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur di malam hari.

Karena ternyata, biaya untuk berobat ke dokter gigi terbilang tidak murah,lho.. Ini pengalaman saya sekaligus pengakuan drg Aida Hermansyur SpKG di sebuah media. Bahan-bahan yang digunakan dokter gigi di Indonesia mayoritas adalah barang impor. Baik itu kapas hingga bahan penambal gigi. Karena kapas lokal kualitasnya masih kurang  menyerap karena kadar lemaknya masih tinggi.

Lalu hal-hal apa saja sih yang perlu diperhatikan terkait kesehatan gigi ini? Berikut ulasannya.

Saat melakukan perawatan gigi, dokter gigi akan berupaya untuk sesedikit mungkin melukai jaringan yang sehat. Dalam pandangan seorang ahli konservasi gigi, setiap gigi harus diselamatkan.
Dahulu, dokter gigi memang harus membuat bukaan yang lebar untuk menambal gigi. Soalnya, tambalan gigi berbahan merkuri (amalgam) hanya bisa terpasang dengan baik jika dilakukan under cut pada gigi. Hal tersebut dapat memunculkan keretakan pada gigi dalam jangka panjang.

Dengan teknologi kedokteran yang sudah lebih maju saat ini maka kerusakan (kavitas) gigi tidak perlu tindakan bor gigi, bisa saja kariesnya saja yang dibuang. Namun, setiap orang mesti sadar bahwa bahan tambal belum ada yang sempurna sehingga tindakan preventif tetaplah langkah utama.

Gigi pun tak boleh sembarang dicabut. Gigi hanya dapat dicabut kalau memang sudah tak bisa dipertahankan misalnya ada keretakan sampai ke akar atau gigi sudah terbelah hingga kehilangan fungsinya.

Keretakan gigi dapat terjadi secara perlahan atau mendadak tergantung penyebabnya. Secara umum, keretakan gigi terjadi mayoritas di kelompok usia 30 sampai 50 tahun. Penderitanya merata antara laki-laki dan perempuan. Keretakan biasanya muncul akibat kebiasaan yang kurang baik bagi kesehatan gigi. Mayoritas keretakan terjadi pada geraham bawah. Kebiasaan sepele seperti menyunyah es batu, menggigit tulang ayam atau tulang ikan, membuka tutup botol dengan gigi dan mengeretakkan gigi secara tidak sadar sampai membuat gigi mudah retak adalah salah satu penyebabnya.

Ketika menemukan kasus gigi retak maka dokter akan mencoba seoptimal mungkin untuk mempertahankan gigi asli. Lubang dan infeksi akibat gigi retak pun diterapi. Keputusan untuk mencabut atau mempertahankan gigi haruslah diambil berdasarkan pertimbangan ahlinya, yakni ahli konservasi gigi. Selamatkan dulu yang tersisa lalu dilanjutkan dengan perawatan berikutnya.

Jika ternyata gigi tak bisa diselamatkan, ahli konservasi gigi akan merujuk pasiennya ke dokter gigi spesialis bedah mulut. Berikutnya, untuk membuatkan gigi tiruan, pasien akan dijadwalkan berkonsultasi dengan ahli gigi tiruan yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Perlu diperhatikan bahwa belakangan ini kasus karies makin menonjol pada orang yang sehari-hari banyak mengonsumsi roti. Ternyata walau terbuat dari tepung, roti bersifat sangat asam bagi mulut. Raginya pun cenderung menempel pada gigi. Alhasil, gigi rentan berlubang dan gusi pun rawan meradang. Pada anak-anak, kebiasaan menyusu dengan dot menjadi penyebab dominan karies gigi susu pula.


Untung adek hanya minum susu dari botol higga usia 1 tahun 6 bulan

Disadur dari Suplemen Republikam Selasa,16 Desember 2014, "Pertahankan Kesehatan Gigi".

Wednesday, December 17, 2014

Anak Difabel

Masih ingat bagaimana Dewi Yull mendukung alm.putri pertamanya mengikuti passionnya melukis. Dewi Yull dan suaminya saat itu,em,lupa namanya sangat mendukung kegiatan putrinya itu. Dengan bangga dan penuh kasih, Dewi Yull menjelaskan bakat anaknya tersebut yang membuat sang putri menjadi terkenal sebagai seniman. Dan sang putri diperlakukan juga sebagaimana anak muda lainnya padahal jelas - jelas putrinya tersebut terdapat ketidaksempurnaan, jika menurut istilah saya. Saya merasa salut kepada Dewi Yull hingga saat ini, tak semua orangtua mampu bersikap dan bertegas hati sedemikian. Saya salut sekali. 

Selain itu, saya mempunyai seorang teman saat di Bandung dulu yang mampu melakukan banyak hal yang saya sendiri tidak pernah mampu bisa semisal menjahit lalu menyetir dengan handal (yang ini saya bisa mengimbanginya..hhahahaa...maap ya jeung)..Tapi,saya selalu salut dan bangga punya teman seperti dia.. Dan terlebih sekarang dia mempunyai dua putra-putri,lengkaplah sudah..Oh, ditambah lagi, sang suami sudah bertugas di Kanwil yang sama dengan dia semakin melengkapi kesempurnaan hidupnya.

Satu yang saya bisa pelajari adalah Mencoba semuanya dan tidak menghambat karena ketidaksempurnaan. Saya membaca artikel bahwa kerap kali anak - anak difabel dikurung di dalam rumah karena orang tua merasa malu dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan di sejumlah desa ditemukan kasus anak difabel yang dirantai atau dipasung. Semuanya bermula karena kurang informasi dan edukasi.

Anak tak mendapat haknya untuk memperoleh fasilitas kesehatan, pusat rehabilitasi atau sekolah. Padahal, anak difabel seharusnya memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Mereka berhak memiliki identitas, mendapatkan pendidikan layak dan diterima di lingkungan sekitar.

Akibat rasa malu orang tua acap kali menunjukkan kepedulian dengan cara yang salah. Contoh sederhana, ayah dan ibu tak pernah mengantar atau mendampingi anaknya terapi. Padahal, anak tidak hanya memerlukan terapi atau bentuk layanan kesehatan tetapi juga kasih sayang, belaian tangan, canda tawa dan cinta dari ibu serta ayahnya. Sebab yang paling paham kondisi anak secara psikis dan fisik adalah orang tuanya bukan orang lain.

Kenyataan lain di Indonesia adalah fasilitas dan pelayanan kesehatan, pendidikan dan fasilitas umum masih jauh dari memadai bagi anak - anak berkebutuhan khusus. Padahal, hak mereka sudah diatur dalam undang - undang, tetapi penerapannya masih jauh dari harapan. Masih sedikit sekali sekolah yang bisa menerima anak-anak difabel. Tenaga pengajar pun belum banyak yang mumpumi mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

Di samping itu, masyarakat juga kerap membully anak berkebutuhan khusus. Persepsi mengenai anak difabel tidak bisa apa-apa dan tempatnya hanya di rumah atau sekolah luar biasa (SLB) masih kuat melekat di benak kebanyakan orang.

Bagaimana bentuk dukungan kepada anak-anak istimewa ini?
  • Apakah sudah mengetahui buah hati Anda? Rata-rata anak yang dibawa ke Rumah Autis belum pernah mendapatkan diagnosis apa pun. Orang tuanya bahkan tidak berusaha untuk mencari tahu mengenai kondisi anaknya. Padahal itu diperlukan dalam membantu pengasuhan anaknya.
  • Menyimpan seluruh jejak rekam medis anak. Simpan semua dokumen agar saat memeriksakan anak, dokter lebih bisa komprehensif mengamati perkembangan anak. Rekam jejak ini juga penting untuk keperluan mendaftarkan anak ke sekolah umum atau lembaga pendidikan lainnya.
  • Banyak orang tua yang tidak bisa menerima kondisi anaknya yang berkebutuhan khusus. Jika fondasi rumah tangga kurang kuat, perceraian bisa saja terjadi. Anak pun menjadi korbannya, tak mendapat perhatian dari orang tua. Sebagai seorang dewasa dan berpendidikan, orang tua harus bersikap bijaksana dan bertanggung jawab. Anak adalah anugerah dan harus dirawat sebaik mungkin.
Disadur dari Suplemen Republika parenting "Hak Anak Difabel"  Selasa, 16 Desember 2014

Tuesday, December 16, 2014

Persiapan Liburan Akhir Tahun

Sudah tidak sabar lagi rasanya ingin segera terbang menuju Medan. Jadwal penerbangan kami tanggal 30 Desember 2014, rasanya waktu berlalu begitu lama menuju tanggal itu. Ditambah lagi, ini pengalaman setelah hampir 5 bulanan terakhir kali kami ke Medan.

Mengingat terakhir kali adek Cheryl melakukan penerbangan saat berusia 1 tahun 8 bulan, maka di usia adek sekarang 2 tahun 6 bulan semestinya tidak merepotkan lagi. Tapi perlu juga mempersiapkan beberapa cemilan dan antisipasi dengan membawa minuman anti mabuk di perjalanan nanti. Lengkapnya sebagai berikut.

Adek pas 2 tahun.. Oups, sorry masih ada merekan gitu..

Mabuk perjalanan (motion sickness) paling sering mengenai anak usia 2-12 tahun dan justru jarang terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun maupun orang dewasa. Mabuk biasanya terjadi karena rangsangan gerak pada organ keseimbangan tubuh yang berlebihan. 
Berikut tips untuk mencegah mabuk perjalanan

- Posisi duduk yang paling aman dari serangan mabuk perjalanan bagi anak dalam mobil adalah di barisan depan atau tengah. Bila dalam perjalanan udara, posisi yang paling aman adalah posisi di tengah (sayap) pesawat. Pada posisi ini biasanya guncangan tidak terlalu hebat dibandingkan tempat duduk lainnya.

- Dalam perjalanan darat, upayakan anak lebih banyak melihat jauh ke depan dan tidak melihat benda-benda yang bergerak secara cepat di dekatnya (misal mobil yang melaju berlawanan arah). Refleks mata yang mengikuti benda bergerak cepat dan berlangsung lama dapat membangkitkan rasa mual.

-Hindari kondisi pencernaan yang terlalu penuh dengan makanan berat atau minuman bersoda. Berikan makanan ringan dan tidak banyak berlemak sebelum dan selama perjalanan bila memang lapar. Hindari pula kondisi kekurangan cairan karena ini juga dapat membuat mual dan mudah pening.

-Hindari membaca buku atau bermain gadget selama dalam perjalanan di mobil. Upaya mata memfiksasi pandangan pada objek yang dekat dan cenderung bergerak karena guncangan akan membuat mata lelah dan dapat memunculkan rasa mual dan pening.

-Pastikan udara dalam kendaraan cukup segar dan memiliki sirkulasi yang baik. Hindari membawa sesuatu yang beraroma terlalu keras dan menyengat. BIla memang anak sudah tampak mulai merasakan gejala mabuk perjalanan, kerap kali minyak aromaterapi dapat membantu mengalihkan rasa mualnya.

- Dalam perjalanan darat dengan kendaraan pribadi, upayakan kendaraan melaju dalam kecepatan yang stabil dan tidak berguncang terlalu banyak. Bila anak tampak mulai jenuh atau mual, menepi dan beristirahatlah sejenak sekitar 10-15 menit di area istirahat yang ada.

- Meski dapat dibeli bebas, obat pencegah mabuk perjalanan dan gejala mual muntah yang ada di pasaran dapat memberikan efek samping bila salah penggunaannya. Oleh karena itu, bila sudah diketahui bahwa anak mudah mengalami mabuk perjalanan, sebaiknya berkonsultasi dahulu ke dokter anak untuk dipertimbangkan pemberian obat yang diperlukan dan tidak mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter sebelumnya.

Kompas Klasika, "Mencegah Mabuk Perjalanan pada Anak". Martinus M Leman. Minggu, 14 Desember 2014

Friday, December 12, 2014

Panjang Akal Kunci Bahagia

Membaca judulnya rasanya memberi semangat untuk selalu merasa senang dan gembira walau saat asa tak terlihat ada..hhee.. puitis sekali.. Tapi itulah yang saya rasakan saat menjelang akhir tahun ini.

Tahu sendiri kan tradisi menjelang Natal di agama Kristen adalah menampilkan hiasan natal di rumah, seperti pohon natal atau hiasan dinding natal. Dan, rasanya jika harus membongkar inventaris di rumah pasti bakalan mengundang keramean dan kehebohan. Terutama jika sang Adek ikut serta "membantu" lebih baik saya memilih tidaklah.

Itulah sebabnya saya mencari akal a k a ide seperti yang dilakukan oleh teman saya +Sondang Purba which mencari ide hiasan natalnya via media sosial Pinterest. Akhirnya,saya pun menemukannya...

 Hiasan pintu suasana natal

Sebelumnya saya sudah menggunting kertas warna - warni dalam bentuk potongan - potongan kecil. Saya pilih yang bernuansa merah dan hijau supaya terasa seperti natal - natal di luar negeri.. hhehehee...

Sebelumnya,saya sudah menyiapkan potongan karton tebal berbentuk oval yang sudah diberi lubang di tengah sebagai tempat untuk menempelkan potongan - potongan kertas. Nah, selanjutnya adalah menempel potongan - potongan kertas. Bagian itu nanti adalah tugas Kakak dan Adek supaya mereka senang.

Ternyata, tiba di rumah mereka membantu sebentar sih terutama kakak, sanggup menempel hanya 5 lembar kertas warna.. hhahaha...
Sementara, adek...menempel 2 lembar tapi kertasnya "dikremek kremek" lalu ditempel sembarang... Indah sih tapi...hhahahhaa... 

Setelahnya adalah bagian saya untuk merapikan dan menempelkan tali dan jarum dinding. Begitu ditempel..tara.... tahu komentar si Adek ? "Kaya donat ya.."" ??? hhahahaha...
Analogi adek sederhana banget tapi mengena..

Lalu dimana letak kunci bahagianya?
Saat saya, Kakak dan Adek menempel  - nempel adalah saat kami bersenda gurau, adek berceloteh " It's mine..aku tempel ya Mi.." Agak tidak jelas sebenarnya pengucapannya tapi kami mengerti maksudnya.
Di situ saya mengerti bahwa Adek sudah mengenal kata "tempel" dan sudah tahu "hak milik" padahal saya tidak pernah mengajarkan adek kata "it's mine" hanya kata-kata seperti "share" dan beberapa benda seperti binatang, warna dan bentuk. Asumsi saya, Adek belajar dari tontonan tv kabel dan hapal sekali jargon itu.

Sementara kakak? Saya mengerti bahwa kakak sudah mengerti seni. "Aku taruh di sini ya Mi, supaya deket punya Mami dan cantik deh.."

See..??? Apa lagi yang saya harapkan selain putri - putri yang ceria dan tumbuh kembangnya luar biasa. Perasaan itu menambah percaya diri saya.. Saya mampu membesarkan kedua putri supaya mereka bahagia dan menikmati masa kanak-kanaknya. Saya bahagia mereka terbangun dengan mencari saya..Terutama Adek, walau kadang spanning juga karena Adek suka langsung nangis kalau saya tidak disampingya.. hiks.. 
Itu proses, saya yakin lambat laun dia mengerti Mami mau take a bath untuk bekerja seperti kakak yang sudah dalam tahap mengerti bahwa mami papanya bekerja untuk sekolahnya, untuk masa depannya...

 +Asri Arsiati  TeRuslah yakin bahwa Bahagia itu karena kita punya akal untuk menciptakannya...


Tuesday, December 9, 2014

Trik buat Ibu bekerja

Seorang ibu bekerja perlu sekali membangun kebersamaan keluarga ditengah waktunya yang terbatas. Melanjutkan pembahasan Ibu bekerja edisi Selasa, berikut ini akan dibahas beberapa tips yang mungkin dapat memudahkan ibu bekerja untuk menjalankan peran gandanya.

  • Kualitas komunikasi
Kenali tipe kepribadian anak agar pembicaraan bisa lebih lancar. Anak yang introver cenderung tak mudah untuk bercerita. Hindari melayangkan pertanyaan yang bersifat interogatif. Pancing anak dengan menanyakan perasaannya terlebih dahulu sebelum beralih ke pertanyaan yang bersifat kognisi. Psikolog Efnie Indrianie menyarankan," Berhati-hatilah menelepon untuk menanyakan soal pelajaran karena beban kurikulum yang berat menghadirkan tekanan tersendiri buat anak."

  • Nada bicara
Gunakan nada rendah saat membuka pembicaraan lalu naikkan nada suara begitu anak mulai menyahut dengan semangat. Manfaatkan kemudahan teknologi komunikasi dengan berinteraksi dengan anak di sela - sela waktu istirahat kantor. Ibu bisa menelepon buah hatinya pada jam makan siang dan jeda waktu menjelang petang. Usahakan untuk mempertahankan kualitas komunikasi.

  • Penilaian dari si kecil
Anak bisa merasakan ketulusan perhatian orang tuanya. Kendati waktu ayah dan bunda terbatas untuk bermain dengannya, sesebentar apa pun momen yang didedikasikan untuknya akan terasa berarti bagi anak. Hadirlah secara fisik dan emosi berinteraksi dengan buah hati agar terjalin chemistry antar orang tua dan anak. Lagi pula, ibu tentu juga membutuhkan kebersamaan dengan keluarganya, bukan?

  • Kematangan mental
Sebagai ibu bekerja, ibu harus berusaha menerima kondisi waktunya untuk aktivitas yang sifatnya personal akan menjadi terbatas.Waktu yang tersisa dari padatnya jam kerja mesti diprioritaskan untuk membangun kehangatan keluarga. Selain itu, dibutuhkan kematangan mental agar ibu bisa mendedikasikan dirinya bagi keluarga.

  • Rasa bersalah
Perasaan bersalah dapat menyergap ibu bekerja kapan saja. Akui perasaan tersebut untuk menurunkan tingkat stres. Berdialog dengan diri sendiri dapat membantu menenteramkan hati. Cobalah mengingat kembali motivasi bekerja. Selagi anak aman dalam penjagaan orang terpercaya, ibu dapat bekerja dengan tenang. Ketika rasa bersalah datang, pertahankan aturan keluarga yang telah disepakati. Psikolog Efine mengingatkan bahwa jangan sampai rasa itu memicu ibu melonggarkan penegakan disiplin dengan meloloskan segala keinginan anak.

  • Sentuhan ibu
Ketika anak tampak tak tahu peran dan tanggung jawab yang harus dijalankannya dalam keluarga, ibu harus segera mengintervensi dengan sentuhan kasihnya. Demikian pula, kalau tingkah anak bertentangan dengan tata nilai yang dianut keluarga. Andaikan pola relasi di dalam keluarga terasa tak ada lagi kehangatan, ibu pun mesti cepat mengambil perannya. Mengapa harus ibu? Efnie menegaskan, sebab Sosok Ibulah yang berfungsi mengatur dan hubungan emosional ibu dengan anggota keluarga lebih dekat ketimbang sosok ayah.

Disadur dari Suplemen Republika, Selasa, 9 Desember 2014. "Mulus Menjalankan Peran Ganda"

Monday, December 8, 2014

Dilema yang tak kunjung usai

Pernah menemukan ibu bekerja yang santai saja meninggalkan anak di rumah tidak? Mungkin ada ya misalnya yang menitipkan anak ke keluarga misal ke kakek nenek. Tetapi, cerita Ibu saya a k a Opung boru Ceza bahwa Gerald selalu gelisah jika jam sudah menunjukkan pukul sore dan Papa Mamanya belum menjemputnya. Artinya, bahkan saat dititipkan dengan keluarga terdekat pun, seorang anak tetap merindukan orangtuanya yang sedang bekerja juga kok.

Kebetulan sekali Suplemen Republika hari Selasa,9 Desember 2014 membahas Peran Ganda Ibu bekerja sembari mengurus rumah tangganya. Jika tak lihai menyiasati, kenyataan jam bekerja yang luar bisa dapat membuat ibu merasa bersalah terhadap anak anaknya. 

Segera usir perasaan itu sembari cari solusi mengatasi keterbatasan waktu. Upayakan untuk mengatur waktu lebih baik. Dengan demikian, ibu pasti bisa memberikan perhatian yang cukup kepada anggota keluarganya. Apalagi, ibu secara alami telah dibekali dengan dua kromosom X dan fleksibilitas kerja otak yang memungkinkannya untuk multitasking. Sebab, manajemen waktu yang baik memungkinkan ibu  ibu yang terimpit waktu bisa menciptakan quality time dengan anaknya. Begitu sampai di rumah, siapkan hati dan pikiran untuk hadir ke dunia anak. Kalau anak sudah terlelap saat ibu pulang kantor, manfaatkanlah sedikit waktu yang ada pada pagi hari. Seorang psikolog dari Universitas Maranatha Bandung menyarankan "Jadilah orang pertama yang tersenyum menyambut bangunnya si kecil."

Miliki regulasi diri yang baik. Kondisikan otak untuk berpikir tentang anak saja, singkirkan hal lainnya. Dalam hati, perintahkan otak untuk beranjak dari pikiran tentang kantor maupun keruwetan lainnya ke segalanya tentang anak. Jika belum lancar melakukannya, coba latih kemampuan tersebut secara konsisten selama 21 hari hingga terbiasa. Setidaknya, butuh 21 hari sampai 30 hari untuk membuat kebiasaan positif tersebut melekat. Perlu juga menguasai teknik relaksasi dan cara menjaga kesehatan yang mendasar.

Ibu bekerja mesti kompak bekerja sama dengan suaminya dalam mengasuh buah hatinya. Tentunya, diperlukan komunikasi yang intensif untuk bisa mencapai kesepakatan pengasuhan. Namun sebelumnya, Ibu mesti mengenali suaminya berdasarkan tipenya sebagai laki  laki. Lelaki yang family man berbeda dengan yang merasa kewajibannya hanyalah mencari nafkah.

Untuk mencapai kesepakatan pengasuhan, ibu harus menyampaikan maksudnya dengan kalimat yang jauh dari kesan instruksi. Saat bernegosiasi, lakukan pemetaan kompetensi masing  masing. Ayah yang jago matematika tentu akan merasa berat mendampingi anandanya belajar sejarah. Bagi tugas berdasarkan kompetensi ibu dan ayah agar tak terbeban menjalankannya.

Sunday, December 7, 2014

Perbedaan Jenis Kelamin

"Mama,aku gak mau rambutku dipotong..ntar aku kaya cowok" demikian protes kakak setiap akan potong rambut. Bahkan sang adek sekarang pun sudah tahu kata "cowok", demikian ucapnya. Adek sih mommy ngerti kalau dia hanya sekadar membeo, karena usianya baru 2,6 tahun. Tapi,kakak.. sudah sekolah dan beragam teman dia punya.. Bahkan dia sering cerita, " Si "anu" mi..cowok tapi ngomongnya kayak cewek mi.. kayak bencong..lucu deh.." 

Sedari TK memang Ceza sudah tahu konsep cowok dan cewek. Bahwa cewek menggunakan rok dan cowok menggunakan celana. Bahkan, Ceza tahu konsep celana jins yang modelnya terlihat seperti punya cowok karena ukurannya longgar sementara jins cewek adalah jins yang modelnya ketat dan pas di kaki.. #Hheeh.. 

Kebetulan sekali ketemu artikel yang membahas tentang identitas jenis kelamin di Klasika Kompas, Minggu 30 November 2014.
Ternyata perilaku seksual terjadi sepanjang masa  kanak - kanak. Pada beberapa hari kehidupan, bayi lelaki dapat mengalami ereksi dan bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan dari vagina. Setelah periode prasekolah, masturbasi dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin, seringnya pada anak lelaki. Antara usia 2 - 3 tahun, anak akan mengidentifikasi diri mereka sebagai lelaki atau perempuan, tetapi pemahaman bahwa jenis kelamin bersifat menetap mungkin baru berkembang pada usia 4 sampai 5 tahun.

Adalah biasa jika seorang anak prasekolah menyatakan keinginan ingin menjadi anggota kelompok dari lawan jenis dan berpura-pura menjadi anggota lawan jenis .

Sementara, anak usia sekolah dasar sudah menunjukkan identitas gender yang kuat dan konsisten, dan perilaku mereka (peran gender) mencerminkan hal tersebut. Jika anak pada usia ini berprilaku sesuai gender lawan jenis, orangtua mungkin khawatir akan kemungkinan anak mereka memiliki orientasi seksual homoseksual. Kekhawatiran ini terutama berlaku jika anak lelaki terlibat dalam perilaku tidak sesuai yang umumnya dipandang sebagai kurang diterima secara sosial dibandingkan seorang gadis yang tomboi.

Upaya untuk meyakinkan bahwa perilaku tersebut masih sesuai dengan perkembangan anak yang tipikal adalah pantas bila perilaku tersebut merupakan bagian dari bermain peran gender yang masih berubah - ubah. Kekhawatiran dapat terjadi jika perilaku tersebut terjadi sebagai respons terhadap stres, misalnya kelahiran bayi dengan jenis kelamin berbeda dari anak atau perceraian orangtua. Sebaliknya, jika perilaku tersebut terjadi dengan pola yang konsisten dan persisten, serta memperlihatkan minat spesifik yang biasanya ditunjukkan oleh anak dengan lawan jenis kelaminnya, rujuk anak untuk mendapat evaluasi mengenai gangguan identitas gender (GID).

GID memiliki karakteristik adanya identifikasi gender yang berlawanan secara terus-menerus dan menetap, serta merasa tidak nyaman dengan gender yang sesuai dengan bentuk tubuhnya. Pada anak-anak, perasaan ini dapat diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan gender lawannya, seperti cara berpakaian, menyatakan keinginannya untuk memiliki jenis kelamin yang berbeda, serta adanya preferensi yang kuat dan hampir eksklusif untuk berperan, menyukai permainan, dan bermain bersama teman dengan jenis kelamin yang berlawanan. Kurun waktu perilaku tersebut sering kali dapat ditelusuri ke periode prasekolah, tetapi rujukan untuk evaluasi baru terjadi pada usia sekolah, ketika perilaku tidak bersifat menetap, serta mulai mengganggu hubungan sosial.

Perubahan biologis, sosial dan kognitif selama masa remaja terfokus pada perkembangan seksual. Merasa nyaman dengan perkembangan seksual seseorang merupakan salah satu tugas perkembangan utama pada periode ini dan kemungkinan akan melibatkan berbagai pertanyaan dan eksperimen. Ketika remaja mengembangkan orientasi seksual yang konsisten, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor (sosial, keluarga, individu). Beberapa remaja melaporkan bahwa mereka yakin orientasi seksual mereka sejak usia remaja awal, sedangkan sisanya terjadi lebih lambat. Pada usia 18 tahun, hanya sebagian kecil remaja yang tidak merasa yakin akan orientasi seksual mereka.

Disadur dari Kompas, Klasika, Minggu, 30 November 2014, "Mengenalkan Anak pada Identitas Jenis Kelamin"

Sunday, November 30, 2014

Trik mengusir polusi suara

Tengah tidur siang dengan lelap, tiba - tiba terbangun si kecil terbangun gegara suara bising motor di luar rumah..wweekk.. si dedek terbangun menangis deh... Duuh..seandainya suara bising di luar rumah dapat diredam yah.. Sebab, suara bising di luar juga bisa memicu stres. Tidur yang tidak nyenyak sebab tetangga sebelah main gitar tengah malam mengakibatkan istirahat tidak cukup. Pagi hari saat berangkat kerja pasti perasaan kita tidak nyaman. Bisa kok kita kurangi tingkat kebisingan di luar dan gampang lagi.
Senangnya bisa menemani dedek tidur siang

Saat membangun rumah usahakan untuk menyediakan halaman yang bisa ditanami dengan pepohonan yang berdaun rimbun. Pohon merupakan peredam suara yang baik dan bisa menahan sekitar 10 dB. Postingan saya sebelumnya tentang "Pucuk Merah" bisa menjadi salah satu opsi. Jika halaman rumah cukup minim, dapat juga menanam beberapa tanaman di dalam pot.

Pilihan kedua yaitu buat dinding rumah dengan ketebalan dan kepadatan yang cukup. Sebab, suara pun dapat merayap melalui celah kecil. Di dalam rumah, sebagai bahan dari interior, bisa dipasang material lunak peredam bunyi, seperti karpet, busa, kain atau gipsum akustik.

Pilihan lain bila senang menggunakan material kaca, gunakan kaca yang ketebalannya tidak kurang dari 1 sentimeter. Tambahan, bisa memasang dua lapis kaca dengan memberi jarak sekitar 3 sentimeter di antara keduanya. Metode ini banyak digunakan pada auditorium untuk meredam bunyi di ruang kontrol.

Pilihan terakhir adalah tempatkan akuarium dengan sirkulator air terletak di atas. Air yang ditumpahkan kembali ke dalam akuarium akan menimbulkan gemericik yang menenangkan pikiran. Suasana rumah yang tenang akan selalu ngangenin ke manapun kita pergi.

Disadur dari Ornamen Kompas, 19 September 2014, "Mengusir Bising dari Rumah Kita"

Thursday, November 27, 2014

Nge Mall sambil Belajar

Lazim sekali ya membawa anak - anak kita bermain di mall. Selain lokasi lebih dekat dari rumah, juga kita bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan di satu pusat perbelanjaan saja. Mulai dari belanja kebutuhan harian misal sayuran segar, kebutuhan bulanan, ke travel agent, potong rambut atau perawatan diri. Anak - anak juga bisa bahagia karena banyak arena bermain buat mereka eksplorasi.

Membawa anak ke mall bukan sekadar untuk refreshing saja melainkan juga untuk meningkatkan ikatan emosional (bonding) orang tua dengan anak. Setelah seminggu orang tua bekerja, anak - anak juga sekolah, maka akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk bersama - sama menghabiskan waktu.  Jika tidak terjadi bonding anak dan orang tua maka dikhawatirkan di masa depan anak akan mudah terkena gangguan psikologis.

Selama di mal isi dengan berbagai aktivitas bersama. Selama waktu itu berkomunikasilah dengan anak. Misal pada saat makan bersama, tanyakan perkembangan sekolah atau hobbynya. Selama bermain dampingi anak untuk melihat perkembangannya, misal anak usia balita apakah sudah cukup kuat melempar bola ke atas, atau cukup bisa memasukkan koin ke dalam lubang. Dengan demikian, orang tua juga mengetahui sejauh mana capaian tumbuh kembang anak. Saat berbelanja bersama juga manfaatkan untuk memberi pelajaran kepada anak,misal konsep uang dipakai sebagai alat tukar atau konsep hemat untuk berbelanja barang - barang yang hanya diperlukan.

Saat makan bersama dapat juga digunakan sebagai waktu untuk menerangkan kepada anak manfaat makanan, sayuran dan vitamin. Pilih restoran yang konsepnya made to order bukan junk food atau fast food. Jenis makanan made to order lebih sehat dan relatif lengkap gizi mulai dari karbohidrat, lauk serta sayur - mayur. Dengan demikian secara langsung, anak memahami dan mengenali jenis - jenis makanan yang sehat.

Arena bermain juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan anak tentang fungsi sosial. Kini, banyak mal yang menyediakan arena bermain untuk anak. Saat bermain ada anak seusia anak kita, lebih muda atau bahkan lebih tua. Penting untuk anak mengetahui tentang pentingnya berbagi dan menunggu giliran dengan teman bermainnya. Hal ini juga mengajarkan anak untuk lebih sabar dan tidak menjadi egois.

Mengajarkan etika pada anak juga dapat dilakukan saat menunggu giliran menaiki lift. Misalnya, ajarkan anak untuk mengucapkan permisi saat akan menaiki lift yang masih ada orang di depannya. Ajarkan juga untuk menunggu antrean untuk turun/naik ekskalator jika sedang ramai.

Akan tetapi perlu tetap waspada dan mengawasi anak - anak. Banyak area yang dapat membahayakan keselamatan anak misalnya fasilitas eskalator atau lift. Ajarkan anak untuk selalu berhati - hati saat akan menaikin eskalator atau lift. Dan selalu mengingatkan untuk tidak menyentuh benda - benda yang mengandung aliran listrik. Ini juga sekaligus mengajarkan konsep waspada dan hati - hati kepada anak.

Selain itu, orang tua juga harus fokus pada menjaga anak. Jangan half listening syndrome. Orang tua sering tidak fokus pada pembicaraan anak akibatnya orang tua cenderung memberi jawaban agar pertanyaan anak cepat selesai saja. 

Kakak membantu adek menaiki motor - motoran di arena bermain

Penting sekali mengajarkan anak tentang berprilaku hemat. Sering dijumpai anak meraung - raung minta dibelikan mainan. Sedini mungkin tanamkan nilai uang kepada anak - anak. Orang tua harus menegaskan bahwa uang itu sangat berharga dan sayang apabila dihabiskan untuk hal yang kurang diperlukan dan bukan prioritas. Apalagi untuk mendapatkannya orang tua harus bekerja selama lima hari dalam sepekan. Akan tetapi tetap disampaikan bahwa orang tua mencari uang demi anak - anak dan keluarganya.

Psikolog Ajeng Raviando mengatakan bahwa saat bersama anak, sebaiknya orang tua berbelanja sesuai dengan keperluan. Jangan sampai anak melihat contoh orang tua mudah sekali membeli barang - barang yang tidak diperlukan. Inilah yang membuat anak jadi konsumtif.

Untuk anak yang terbiasa sulit dikendalikan dan merengek ketika di mal, Ajeng menyarankan orang tua untuk bersikap tenang dan tidak perlu khawatir dengan penilaian orang. Cara terbaik dengan mendiamkannya saja. Nantinya, anak juga diam sendiri apabila cara yang dilakukannya tersebut tidak berhasil. Jika tidak berhasil, anak tidak akan mengulanginya lagi.

Cukup banyak bukan hal - hal yang menjadi bahan ajar anak selam di mal. Belum termasuk saat merek masuk ke Toko Buku yang ada di Mal. So, bapak ibu jangan tabu membawa anak ke mal dengan tetap mendampingi, mengawasi dan mewaspadai anak kita.

Have a great weekend tomorrow...


Disadur dari Artikel Lifestyle Investor Daily, Kamis 16 Oktober 2014. "Mal Pun Bisa Jadi Sarana Mendidik Anak"




Tuesday, November 25, 2014

Pucuk Merah

Secara tampilan halaman depan blog ini adalah warna hijau, namun belum pernah sekalipun saya membahas tanaman hijau yang memberi kesegaran dan kerindangan buat kita. Percaya atau tidak, sekarang saya punya obsesi untuk memiliki tanaman Pucuk Merah. 

Pasalnya, mertua saya berhasil membudidayakannya di komplek rumahnya di Serpong yang notabene jarang turun hujan pada saat musim kemarau kemarin. Kemudian, tanaman ini cepat menjadi tinggi dan daunnya bertambah banyak. Sehingga, saat ada angin terasa sekali hembusannya ke dalam rumah. Bagaimana saya tidak jatuh cinta...

Pucuk merah
(sumber : https://drjt.files.wordpress.com/2011/11/img-20111126-00461.jpg).

Tidak asing kan ? Tanaman ini kembali digemari sebagai tanaman perindang di pinggir - pinggir jalan atau di taman - taman kota. Alasannya budidayanya cukup mudah. Tanaman pucuk merah (Syzygium oleana) adalah sejenis tanaman hias golongan tanaman perdu namun tidak sepopuler anthurium dan sejenisnya. Bentuk daunnya pun tidak bervariasi. Warnanya hijau muda, bentuknya kecil agak memanjang dengan batang yang kecil.

Istimewanya adalah ujung daun mudanya berwarna oranye dan merah maka lebih dikenal dengan nama pucuk merah.Tajuk tanaman muda yang baru tumbuh akan menyembul indah di sela - sela daun yang menghijau. Seperti layaknya bunga di antara dedaunan. 

Bila diperhatikan sebenarnya bentuk tajuk dan daunnya hampir mirip dengan tanaman cengkih. Sesungguhnya, pucuk merah memang masih termasuk dalam familia tanaman cengkih.

Pucuk merah dapat tumbuh di wilayah manapun terpenting adalah terpapar sinar matahari. Dapat dibudidayakan di dalam pot atau tempat terbuka. Dalam lahan sebaiknya ditanam berjajar dengan jarak 50 cm - 100 cm. Perawatan menyiram dan memangkas wajib dilakukan. Penyiraman dan sinar matahari penting untuk mempertahankan tajuk merah tetap berwarna merah.

Pemangkasan bertujuan untuk mempertahankan keindahan supaya warna merah dan hijaunya merata. Pemangkasan dapat dilakukan minimal 2 minggu sekali. Yang dipangkas adalah daun - daun tua yaitu daun merah yang warnanya memudar. Dengan demikian akan tumbuh tunas baru dengan warna yang lebih indah. Bentuk pangkasan dapat diatur seperti membuat bonsai. Bisa berbentuk lingkaran, kerucut seperti pohon cemara, dll. 

Di rumah mertua saya, pucuk merahnya tidak dipangkas dan dibiarkan tumbuh tinggi. Dengan sendirinya terlihat seperti bentuk pohon cemara. Hanya saja, cabang - cabang di bagian bawah wajib kita potong karena cenderung tumbuh menyamping. Dengan demikian, pucuk atas semakin rimbun dan semakin memberi banyak hembusan angin. 

Antisipasi hama dapat dilakukan dengan memberikan pupuk dua bulan sekali. Dapat pula ditambahkan suprasit untuk mencegah ulat daun yaitu ulat coklat. Penting dilakukan pemeriksaan daun setiap bulan sekali cukup. Sering kali juga dijumpai gulma di sekitar pucuk merah. Bahkan kadang gulma tumbuh di dalam polibag. Pengendaliannya dilakukan dengan mencabutnya secara manual. Penyiangan dilakukan dengan rotasi dua minggu sekali atau tergantung pertumbuhan gulmanya. Jika perlu dilakukan dengan cara kimia dengan memberi sprayer herbisida.

Sumber : 
Kontan Rabu, 26 November 2014 
http://oleanasyzygium.blogspot.com/

Menuju UAS Kurikulum 2013

Sebentar lagi sudah jadwal Ulangan Akhir Semester untuk murid yang mengikuti pelajaran Kurikulum 2013. Padahal, masih segar diingatan pertemuan orangtua murid di sekolah Ceza bulan September kemarin. Agak telat sebenarnya, semestinya diadakan sebelum tahun ajaran dimulai. Alasannya, perwakilan Dinas Pendidikannya punya jadwal yang padat. Tak apalah daripada tidak sama sekali.

Membaca cerita di media masa dan televisi apalagi online...wwuiih... rame dan seru.. Semua beranggapan bahwa Kurikulum 2013 tidak mumpuni, amatiran dan tidak siap praktek.

Saya memang selalu mendampingi Ceza setiap hari dalam hal memahami setiap materi di Buku Tematik ditambah rutin menyiapkan pe - er menulis, berhitung dan pertanyaan - pertanyaan seputar mata pelajarannya. Menurut pandangan saya sih, bukunya menyenangkan, mereka menggunakan Grasindo, banyak aktivitas menyanyi, membuat prakarya - prakarya sampai cerita - cerita tentang keluarga bahkan dongeng juga ada. 

Kesulitan timbul buat anak - anak yang belum lancar membaca, karena sejak Buku Tematik I, sudah banyak cerita - cerita dan pertanyaan - pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang. Kemudian, pengenalan angka sangat singkat, bahkan di Buku Tematik II, anak - anak sudah belajar 
penjumlahan dan pengurangan dengan konsep puluhan dan satuan.

Jika saya bandingkan dengan ulasan Suplemen parenting Republika, Selasa 25 November 2014 hampir sama. Kurikulum 2013 secara konsep sudah baik. Akan tetapi masalah teknislah yang menyebabkan siswa, guru, dan orang tua mengeluh. Misalnya, materi yang terlalu beragam membuat anak terseok mempelajarinya sementara guru - guru terbirit  - birit menuntaskan materi. Akan tetapi, pemerintah menganggap ini bukan hal yang penting. Guru yang kurang kreatif menyampaikan materi adalah masalahnya. Masalah lain yaitu materi pelajaran menuntut anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) sementara anak tidak diajarkan secara khusus. Padahal, di kata pengantar buku pedoman disebutkan bahwa anak - anak yang baru masuk SD belum bisa calistung. 

Hal lain adalah materi pelajaran tidak diurut secara benar. Materi yang loncat tidak dapat menuntun  anak untuk dapat memahami materi dengan lebih mudah. Parahnya lagi, waktu pembahasan sangat terbatas. Guru menjadi tergesa menyampaikan materi pelajaran, tapi sudah harus beralih ke materi berikutnya. Akibatnya siswa menjadi bingung, tidak betul - betul menguasai materi, demikian pendapat psikolog Dr Endang Widyorini Phd. 

Tambahan lain adalah guru - guru terlihat belum siap menyampaikan materi karena kebanyakan guru belum mendapatkan pelatihan yang cukup perihal Kurikulum 2013. Jangan - jangan pelatih pun belum paham benar. Perlu segera ada perbaikan agar tidak buang waktu karena materi yang dapat dimengerti oleh anak hanya sedikit, imbuh psikolog tersebut lebih lanjut.

Nah, sekarang apa yang dapat orang tua lakukan ? Sementara kurikulum 2013 telah ditetapkan dan menurut Menteri Pendidikan, Anies Baswedan, tidak mungkin untuk mengubah kurikulum tersebut dengan kurikulum yang baru.

Maka, menurut hemat saya, ayah dan ibu wajib melakukan pendampingan belajar di rumah walau sekolah menjamin bahwa di Kurikulum 2013 ini tidak ada penilaian ranking dan tidak akan ada murid yang tinggal kelas. Well, let's see...

--oOo--

Peran Orang Tua

Dalam menghadapi tantangan Kurikulum 2013 peran orantua sangat penting untuk dapat membantu anak akrab dengan pendekatan baru dalam belajar ini. Orang tua bersama guru di sekolah bersama membimbing anak memahami materi pelajaran. Hal ini memudahkan anak menemukan jawaban ketika menemukan pelajaran yang sulit. Selain itu, orang tua juga harus berpikir dan bersikap kritis, ujar psikolog Evita yang juga dosen di UNJ.

Referensi yang banyak perlu disiapkan oleh orang tua. Sediakan buku pelengkap atau manfaatkan internet guna mencari jawaban atas pertanyaan anak yang tidak dibahas atau ditemukan penjelasannya di buku pelajaran. Pada dasarnya, kurikulum ini mengajak anak untuk lebih banyak bertanya. Untuk itulah, orang tua mesti bersabar dalam menjawab pertanyaan anak dan berusaha membaca buku pelajaran terlebih dahulu.

Butuh waktu dan energi memang dalam mendampingi anak belajar di Kurikulum 2013 ini. Akan tetapi, sekesal apapun, orang tua sebaiknya tak menampakkan kegusarannya. Anak dapat menangkap sinyal ini dan semakin menambah kegusarannya. Ditambah dapat memancing anak menjadi apatis atau bahkan menyerah.

Di sisi lain, konsekuensi terhadap nilai anak tidak ada lantaran penilaian pada rapor sejauh ini lebih banyak hanya copy paste. Mari berhenti merisaukan kurikulum karena resiko lebih lanjut adalah anak tak akan menghargai proses pembelajaran dan malah tidak tertarik untuk belajar, ujar psikolog Unika Soegijapranata, Dr Endang Widyorini Phd.

Usaha lebih Orang Tua

Hal yang dapat dilakukan orang tua saat ini adalah mendampingi anak lebih telaten dalam belajar dan terus berpikir kritis perihal materi belajar. Bertanya kepada guru lebih sering terkait materi pelajaran dan perkembangan anak. Guru - guru tidak pelit kok dalam hal informasi dan selalu terbuka jika orang tua bertanya. Orang tua dan guru wajib bertukar pikiran untuk menemukan titik temu bagi kelancaran belajar anak.

Membimbing anak belajar memberi kita kesempatan mengetahui letak kesulitan anak dan kemampuan lebih anak. Bimbinglah mereka mulai dari menemukan objek pembelajaran sampai membuat kesimpulan dari pelajaran yang diterima.

Jangan pernah menyalahkan anak ketika banyak bertanya. Semakin banyak ia bertanya, semakin baik pula eksplorasi dalam belajar. Guru atau orang tua tidak boleh menyalahkan anak yang banyak komentar. Sampaikan materi atau jawaban dengan tepat sehingga anak akan lebih senang dan tidak stres.

Orang tua dan guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan materi. Semakin kreatif tentu anak menjadi tertarik untuk belajar. Apabila guru dan orang tua bisa memahami cara kurikulum baru ini, tentu anak tidak akan stres.

Disadur dari Supelemen Parenting Republika, Selasa, 25 November 2014. "Kegusaran tentang Kurikulum 2013".


Sunday, November 23, 2014

Menjaga Kebersihan Telinga & Hidung Balita

Setiap hari minggu, saya rutin membersihkan telinga kakak & adek dengan kapas pembersih telinga sekaligus menggunting kukunya. Kegiatan ini wajib dilakukan, jika tidak kuku - kuku mereka dalam seminggu itu saja sudah panjang apalagi kalau kelewatan. Telinga yang basah juga menjadi penyebab kotoran mudah menumpuk ditambah kakak belum begitu telaten untuk menggosok bagian belakang kuping telinganya. Seringkali saya menemukan kerak - kerak coklat dibelakangnya.

Ternyata menurut Artikel Media Republika edisi Senin, 24 November 2014 bahwa sumbatan kotoran pada telinga dapat menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri, gatal, bunyi denging bahkan pusing,lo.

Sebenarnya setiap hari telinga memproduksi kotoran (serumen). Serumen sesungguhnya berperan melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri dan partikel asing yang dapat merusak telinga. Akan tetapi jika dibiarkan akan menumpuk dan malah menimbulkan sumbatan kotoran.  Sumbatan kotoran yang dibiarkan terlalu lama akan mengeras dan semakin sulit untuk dibersihkan. Jika dipaksa dibersihkan, biasanya kotoran justru akan semakin terdorong ke dalam. Gangguan yang ditimbulkan akibat sumbatan kotoran adalah gangguan pendengaran ringan, nyeri, rasa gatal, bunyi denging hingga pusing.

Umumnya agak sulit membersihkan telinga bayi lantaran perbedaan anatominya. Liang telinganya lebih pendek, kemiringan dan lebar telinga juga berbeda, dan bayi jelas lebih sensitif dibanding anak atau orang yang lebih dewasa. Kulit bayi pun relatif sangat rentan lecet. Dengan demikian, proses pembersihannya pun harus dilakukan dengan hati - hati.  

Walau sebenarnya kotoran telinga bisa saja perlahan keluar dengan sendirinya tetapi perlu menjaga kebersihan telinga bayi, saran Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sudung O Pardede. Aman untuk dibersihkan jika kotoran sudah berada dekat permukaan lubang. Sebaliknya, sangat berbahaya jika membersihkan telinga dengan mengoreknya terlalu dalam. Jika sudah terlanjur keras, mintalah bantuan dokter THT, sarannya lagi.

Bersihkan telinga bayi cukup pada sekitar daun dan lubang telinganya. Disarankan menggunakan kapas atau handuk yang dibasahi air. Untuk di sekitar lubang telinga dapat menggunakan cotton bud khusus bayi. Akan tetapi jangan terlalu dalam, tegas dokter spesialis anak tersebut.

Lakukan membersihkan telinga sekali atau dua kali seminggu bergantung kondisi. Masing - masing anak berbeda produksi kotoran telinga. Beberapa anak mungkin harus lebih sering dibersihkan telinganya karena produksi kotoran yang lebih banyak.

Membersihkan telinga tidak boleh dilakukan hingga ke dalam liang telinga sekalipun anak sudah beranjak besar, kata dr Sukri Rahman, dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT -KL). Pembersihan hingga masuk ke lubang telinga hanya boleh dilakukan oleh profesional (dokter).

Risiko yang timbul jika membersihkan terlalu dalam adalah timbul iritasi terutama pada bayi yang suka tiba - tiba bergerak malah dapat menimbulkan trauma pada telinga, imbuh dr Sukri.

Lecet pada telinga juga bisa terjadi dan dapat berakibat infeksi. Hal ini ditandai dengan bengkak, telinga berair, dan nyeri yang disertai demam.

Rajin bersih - bersih, tubuh sehat tercermin dari keceriaannya


Hidung 
Hidung pun tak luput dari perhatian. Jika tidak rutin dibersihkan dapat menimbulkan sumbatan pada pernapasan dan membutuhkan penanganan tersendiri.

Kotoran di hidung dapat keluar dengan sendirinya melalui bersin. Jika ingin dibersihkan sama dengan cara membersihkan telinga, hanya boleh dilakukan dengan tidak mengorek terlalu dalam.

Selain oleh kotoran, sumbatan hidung dapat terjadi juga oleh lendir. Dalam kondisi tertentu, lendir pada hidung bayi merupakan hal yang normal. Akan tetapi, dapat mengganggu pernapasan juga bila jumlahnya berlebihan dan teksturnya kental.

Untuk mengencerkan lendir yang menggumpal dapat menggunakan obat tetes hidung yang biasanya mengandung larutan NaCL. Beri hanya beberapa tetes saja dan dapat dilakukan sendiri di rumah.

Umum dilakukan oleh ibu - ibu adalah menyedot langsung ingus dengan mulut (hha...saya selalu melakukan ini lo... seolah - olah banyak membantu namun ternyata...) Menurut dr Sukri, cara ini sebenarnya kurang efektif dan malah berisiko melukai hidung bayi jika si ibu terlalu kuat menyedotnya. Bahkan, bila ibu dalam keadaan tidak fit, virus justru bisa menular kepada bayi.

Hidung bayi yang tersumbat sangat mengganggu bayi bernapas karena umumnya mereka hanya bisa bernapas melalui hidung dan tidak bisa melalui mulut, Jika ditemukan lendir yang mengering bisa dibersihkan.Gunakan kapas basah secara manual untuk melunakkan lendir tersebut. Sebagai catatan, hanya dilakukan di sekitar lubang hidung.


Sumber : Artikel MEDIKA, Republika, Senin,24 November 2014

Friday, November 21, 2014

Etika Minum Jus

Selama ini anak - anak minum jus tomat sebagai alternatif memakan buah. Untuk saat ini, anak - anak tidak diberi buah - buahan impor karena kuatir penggunaan lilinnya akan berpengaruh. Pernah kita keruk kulit sebuah apel impor dan terlihat lilinnya banyak sekali. Itu sebabnya, konsumsi buah anak - anak kembali ke hanya tomat,pepaya lokal,pisang dan timun. Cara penyediaannya, 1 atau 2 buah tomat direbus hingga lembut, lalu dihancurkan kasar dengan sendok garpu. Setelah diberi sedikit gula (sebagai pemanis sedikit) lalu dipisahkan kulit dan daging buahnya.Tapi apakah tepat etika memakan buah demikian 

Selama ini anak - anak suka dengan rasanya. Tetapi, baru saya ketahui bahwa meminum jus buah justru lebih terasa khasiatnya bila dikonsumsi bersama dengan ampasnya. Etiket meminum jus buah saya dapatkan dari Liputan Khusus Kesehatan Kontan edisi Jumat, 21 November 2014. Berikut ulasannya.

Menikmati buah dapat dilakukan mulai dari yang umum, dibuat jus hingga yang sedang hit yaitu infused water. Kebutuhan tubuh akan vitamin, mineral dan serat dapat dicukupkan dengan mengkonsumsi buah. Cara yang praktis yaitu buah dipotong atau beberapa jenis buah dicampur lalu diracik atau dihancurkan hingga menjadi jus.

Dokter Mulyadi Tedjapranata dari Klinik Medizone, Kemayoran Jakarta Pusat menyebutkan ada beberapa jenis buah yang lebih baik disajikan dalam bentuk jus ketimbang bentuk potongan. Contohnya buah - buahan yang mengandung vitamin dan nutrisi, misalnya buah kiwi.

Kiwi adalah salah satu buah yang kaya vitamin C dan E. Buah ini memiliki kandungan vitamin C dua kali lipat lebih banyak dibandingkan kandungan vitamin C dalam jeruk. Itulah sebabnya, kiwi mendapat julukan sebagai buah terfavorit untuk menangkal antioksidan.

Buah kaya vitamin lain yang tepat diracik menjadi jus adalah stroberi, apel, wortel, nanas dan buah naga. Terpenting adalah hindari buah yang mengandung kolesterol dan alkohol contohnya durian. Dari sisi kandungan, buah yang mengandung kadar kolesterol dan alkohol tinggi tidak berubah saat dibuat jus. Namun, cara membuat jus yang praktis memunculkan kecenderungan masyarakat meracik buah jenis tertentu terlalu sering inilah yang menjadi masalah. Tentu pola ini tidak baik bagi tubuh jika terlalu banyak dikonsumsi.

Ampas buah itu penting

Etika menkonsumsi jus buah lain adalah alat yang digunakan. Sebaiknya menggunakan blender daripada juicer. Sebab, juicer memisahkan air jus dengan ampas buah. 

Meminum jus bersamaan dengan ampas memang terasa kurang sedap, tetapi jauh lebih baik. Ampas buah justru mengandung serat dan vitamin. Menurut dokter Mulyadi lagi, meminum jus tanpa ampas akan meminum jus sekedar untuk rasanya saja.

Setelah jus tersaji sebaiknya segera dikonsumsi. Sebab, kadar vitamin dalam jus bisa rusak oleh oksigen dan ultraviolet yang ada di sekitar kita. Tambahan lagi,minumlah jus dengan cara dikulum terlebih dahulu untuk menjaga enzim dalam mulut.

Meminum jus jelas dapat dilakukan setiap saat. Akan tetapi, waktu terbaik adalah saat pagi hari atau setelah bangun tidur. 

Dokter Susilo dari Klinik 24 Jam Jakarta menambahkan, bahwa sebelum mengkonsumsi buah kita perlu mengetahui terlebih dahulu asupan yang diperlukan oleh tubuh. Cek kondisi tubuh akan membantu dalam memilih jus buah yang cocok untuk dikonsumsi. Contoh, pilihlah jus tomat yang kaya akan vitamin A dan C jika ingin mendapatkan stamina tubuh serta meningkatkan nafsu makan.

Salah satu hal yang penting juga adalah bahan tambahan dalam jus buah. Terkadang, menikmati jus buah dengan menambahkan susu atau gula terasa lebih nikmat. Tetapi, gunakan takaran yang tepat. Lantaran buah sudah mengandung rasa manis, takaran ideal gula adalah 50 gram per hari. Bila terlalu banyak minum jus dengan gula justru manfaat buah akan hilang, tambah Dr Susilo.

Wah, pilihan saya untuk selalu menyediakan jus tomat dengan sedikit gula untuk Kakak Ceza dan Adek Cheryl banyak manfaatnya juga ya.


Kakak Ceza & Adek Cheryl minum air Kelapa Jeruk di Ayam Panaitan, Bandung
(hmm.....lahapnya...)

Wednesday, November 19, 2014

Makin akrab karena Olahraga

Anak kecil mana yang tidak suka main air ? Mereka bisa betah berjam - jam di dalam kolam bahkan di kolam kecil kamar mandi pun mereka selalu punya ide untuk bermain.. hhehee... Nah, atas dasar itulah Kakak Ceza sekarang punya jadwal rutin untuk les berenang sekali seminggu setiap hari Sabtu. Dan Mommy pun bertugas untuk menemani kakak selama latihan, hitung - hitung Mommy olahraga renang juga.. Lumayanlah...

Nah, sekarang Mommy mau berbagi ternyata olahraga buat anak kecil itu sangat bermanfaat lho ditambah lagi jika orangtuanya "mendampingi" bukan sekadar menemani ya...

Kebetulan Mommy membaca Suplemen Republika Edisi Selasa, 11 November 2014. Disebutkan bahwa rutin berolahraga bersama keluarga dapat menyehatkan badan seraya membentuk karakter anak. Wuihh.. makin penasaran...

Dengan olahraga bersama keluarga akan menciptakan budaya keluarga, menambah kekompakan ayah, ibu dan anak, semua merasa lebih dekat satu dengan yang lain. Selain itu, seorang psikolog bernama Kasandra Putranto menambahkan bahwa keluarga yang gemar berolahraga cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, berjiwa sosial dan berdisiplin.

Jika keluarga belum terbiasa, maka direkomendasikan untuk memulainya secara perlahan - lahan. Memulai dari satu cabang olahraga misalnya berlari pagi bersama di akhir minggu, lalu dilanjut mengenalkan pada olahraga misalnya bermain bulu tangkis, atau berenang. Dari pengalaman anak menjajal, maka anak akan mampu mengenali olahraga yang paling pas dengan minat dan bakatnya.

Yang sulit di jaman sibuk sekarang adalah apakah orangtua bersedia meluangkan waktu untuk terlibat dalam aktivitas fisik anak. Apalagi, yang diharapkan orang tua bukan sekedar mendampingi dengan mengantar anak ke tempat latihan lalu pergi mengurus kesibukan dan kembali lagi menjemput anak. Tetapi, siapkah orangtua meluangkan waktu lalu bersama - sama melakukan lari pagi bersama, bermain bulu tangkis bersama lalu dipenuhi keringat dan mengejar bola bersama? Karena pada saat bersama - sama berolahraga di situlah timbul ikatan keakraban yang lebih erat dan akan menjadi kenangan terindah buat anak. Ditambah lagi, anak pasti bangga saat orangtua melihat sang anak mampu berenang satu lap.

Kegiatan olahraga anak tidak dibatasi oleh usia. Bahkan anak bayi pun dapat dan perlu berolahraga. Ketika bayi berusia dua hingga tiga tahun, jenis olahraga belum terstruktur seperti berlari, berayun - ayun, memanjat dan bermain air. Saat usia anak empat sampai lima tahun, kemampuan motorik anak semakin membaik. Anak mampu diajak menggelindingkan bola besar, menangkap bola, mengendarai sepeda roda tiga, berenang atau senam tanpa diprogram.

Selanjutnya, ketika anak sudah berusia lima sampai enam tahun, tantangan gerak fisik anak bisa ditingkatkan kesulitannya. Olahraga yang cocok adalah latihan keseimbangan, memanjat, berayun, bergelantungan, berguling dan berputar. Kelak, saat anak berusia enam tahun ke atas, ia akan mampu menggabungkan kemampuan motorik dasar meski belum sempurna. 

Anak yang rajin berolahraga akan lebih sehat, cenderung lebih aktif, enerjik, dinamis, mempunyai kepercayaan diri dan inisiatif yang tinggi, sportif dan kreatif. Lewat olahraga, anak mempunyai stamina mental yang kuat. Anak juga belajar aturan main, kerja sama dan rasa percaya.

Anak yang kurang berolahraga akan berprilaku sebaliknya. Sistem kekebalan tubuh, semangat dan kepercayaan dirinya akan menurun. Anak juga akan lebih cepat merasa lelah. Anak yang gemar berolahraga akan terhindar dari hal negatif seperti narkoba, pornografi, tindak kejahatan dan prilaku berunsur kekerasan. Psikolog Kasandra lagi - lagi menambahkan bahwa hal terpenting dari berolahraga adalah anak belajar untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Lantas, tunggu apa lagi Moms and Dad, ayo dorong anak yang misal sudah terlihat mempunyai hobi menendang bola untuk lebih serius berlatih. Memasukkan anak ke dalam sebuah klub di tingkat kecamatan bisa menjadi pilihan, tidak perlu langsung tingkat nasional. Kalau kata pelatih renang Ceza, "buat uji mental dulu" Karena selain anak belajar disiplin dan manajemen waktu yang baik dalam mengatur jadwal latihannya juga sebagai alat pembentukan prilaku anak kelak.
Olahraga Panjatan di sebuah Cafe di Bandung


*disadur dari Suplemen Republika, Selasa, 11 November 2014.