Membaca judulnya rasanya memberi semangat untuk selalu merasa senang dan gembira walau saat asa tak terlihat ada..hhee.. puitis sekali.. Tapi itulah yang saya rasakan saat menjelang akhir tahun ini.
Tahu sendiri kan tradisi menjelang Natal di agama Kristen adalah menampilkan hiasan natal di rumah, seperti pohon natal atau hiasan dinding natal. Dan, rasanya jika harus membongkar inventaris di rumah pasti bakalan mengundang keramean dan kehebohan. Terutama jika sang Adek ikut serta "membantu" lebih baik saya memilih tidaklah.
Itulah sebabnya saya mencari akal a k a ide seperti yang dilakukan oleh teman saya +Sondang Purba which mencari ide hiasan natalnya via media sosial Pinterest. Akhirnya,saya pun menemukannya...
Hiasan pintu suasana natal
Sebelumnya saya sudah menggunting kertas warna - warni dalam bentuk potongan - potongan kecil. Saya pilih yang bernuansa merah dan hijau supaya terasa seperti natal - natal di luar negeri.. hhehehee...
Sebelumnya,saya sudah menyiapkan potongan karton tebal berbentuk oval yang sudah diberi lubang di tengah sebagai tempat untuk menempelkan potongan - potongan kertas. Nah, selanjutnya adalah menempel potongan - potongan kertas. Bagian itu nanti adalah tugas Kakak dan Adek supaya mereka senang.
Ternyata, tiba di rumah mereka membantu sebentar sih terutama kakak, sanggup menempel hanya 5 lembar kertas warna.. hhahaha...
Sementara, adek...menempel 2 lembar tapi kertasnya "dikremek kremek" lalu ditempel sembarang... Indah sih tapi...hhahahhaa...
Setelahnya adalah bagian saya untuk merapikan dan menempelkan tali dan jarum dinding. Begitu ditempel..tara.... tahu komentar si Adek ? "Kaya donat ya.."" ??? hhahahaha...
Analogi adek sederhana banget tapi mengena..
Lalu dimana letak kunci bahagianya?
Saat saya, Kakak dan Adek menempel - nempel adalah saat kami bersenda gurau, adek berceloteh " It's mine..aku tempel ya Mi.." Agak tidak jelas sebenarnya pengucapannya tapi kami mengerti maksudnya.
Di situ saya mengerti bahwa Adek sudah mengenal kata "tempel" dan sudah tahu "hak milik" padahal saya tidak pernah mengajarkan adek kata "it's mine" hanya kata-kata seperti "share" dan beberapa benda seperti binatang, warna dan bentuk. Asumsi saya, Adek belajar dari tontonan tv kabel dan hapal sekali jargon itu.
Sementara kakak? Saya mengerti bahwa kakak sudah mengerti seni. "Aku taruh di sini ya Mi, supaya deket punya Mami dan cantik deh.."
See..??? Apa lagi yang saya harapkan selain putri - putri yang ceria dan tumbuh kembangnya luar biasa. Perasaan itu menambah percaya diri saya.. Saya mampu membesarkan kedua putri supaya mereka bahagia dan menikmati masa kanak-kanaknya. Saya bahagia mereka terbangun dengan mencari saya..Terutama Adek, walau kadang spanning juga karena Adek suka langsung nangis kalau saya tidak disampingya.. hiks..
Itu proses, saya yakin lambat laun dia mengerti Mami mau take a bath untuk bekerja seperti kakak yang sudah dalam tahap mengerti bahwa mami papanya bekerja untuk sekolahnya, untuk masa depannya...
+Asri Arsiati TeRuslah yakin bahwa Bahagia itu karena kita punya akal untuk menciptakannya...
No comments:
Post a Comment