Sunday, December 7, 2014

Perbedaan Jenis Kelamin

"Mama,aku gak mau rambutku dipotong..ntar aku kaya cowok" demikian protes kakak setiap akan potong rambut. Bahkan sang adek sekarang pun sudah tahu kata "cowok", demikian ucapnya. Adek sih mommy ngerti kalau dia hanya sekadar membeo, karena usianya baru 2,6 tahun. Tapi,kakak.. sudah sekolah dan beragam teman dia punya.. Bahkan dia sering cerita, " Si "anu" mi..cowok tapi ngomongnya kayak cewek mi.. kayak bencong..lucu deh.." 

Sedari TK memang Ceza sudah tahu konsep cowok dan cewek. Bahwa cewek menggunakan rok dan cowok menggunakan celana. Bahkan, Ceza tahu konsep celana jins yang modelnya terlihat seperti punya cowok karena ukurannya longgar sementara jins cewek adalah jins yang modelnya ketat dan pas di kaki.. #Hheeh.. 

Kebetulan sekali ketemu artikel yang membahas tentang identitas jenis kelamin di Klasika Kompas, Minggu 30 November 2014.
Ternyata perilaku seksual terjadi sepanjang masa  kanak - kanak. Pada beberapa hari kehidupan, bayi lelaki dapat mengalami ereksi dan bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan dari vagina. Setelah periode prasekolah, masturbasi dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin, seringnya pada anak lelaki. Antara usia 2 - 3 tahun, anak akan mengidentifikasi diri mereka sebagai lelaki atau perempuan, tetapi pemahaman bahwa jenis kelamin bersifat menetap mungkin baru berkembang pada usia 4 sampai 5 tahun.

Adalah biasa jika seorang anak prasekolah menyatakan keinginan ingin menjadi anggota kelompok dari lawan jenis dan berpura-pura menjadi anggota lawan jenis .

Sementara, anak usia sekolah dasar sudah menunjukkan identitas gender yang kuat dan konsisten, dan perilaku mereka (peran gender) mencerminkan hal tersebut. Jika anak pada usia ini berprilaku sesuai gender lawan jenis, orangtua mungkin khawatir akan kemungkinan anak mereka memiliki orientasi seksual homoseksual. Kekhawatiran ini terutama berlaku jika anak lelaki terlibat dalam perilaku tidak sesuai yang umumnya dipandang sebagai kurang diterima secara sosial dibandingkan seorang gadis yang tomboi.

Upaya untuk meyakinkan bahwa perilaku tersebut masih sesuai dengan perkembangan anak yang tipikal adalah pantas bila perilaku tersebut merupakan bagian dari bermain peran gender yang masih berubah - ubah. Kekhawatiran dapat terjadi jika perilaku tersebut terjadi sebagai respons terhadap stres, misalnya kelahiran bayi dengan jenis kelamin berbeda dari anak atau perceraian orangtua. Sebaliknya, jika perilaku tersebut terjadi dengan pola yang konsisten dan persisten, serta memperlihatkan minat spesifik yang biasanya ditunjukkan oleh anak dengan lawan jenis kelaminnya, rujuk anak untuk mendapat evaluasi mengenai gangguan identitas gender (GID).

GID memiliki karakteristik adanya identifikasi gender yang berlawanan secara terus-menerus dan menetap, serta merasa tidak nyaman dengan gender yang sesuai dengan bentuk tubuhnya. Pada anak-anak, perasaan ini dapat diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan gender lawannya, seperti cara berpakaian, menyatakan keinginannya untuk memiliki jenis kelamin yang berbeda, serta adanya preferensi yang kuat dan hampir eksklusif untuk berperan, menyukai permainan, dan bermain bersama teman dengan jenis kelamin yang berlawanan. Kurun waktu perilaku tersebut sering kali dapat ditelusuri ke periode prasekolah, tetapi rujukan untuk evaluasi baru terjadi pada usia sekolah, ketika perilaku tidak bersifat menetap, serta mulai mengganggu hubungan sosial.

Perubahan biologis, sosial dan kognitif selama masa remaja terfokus pada perkembangan seksual. Merasa nyaman dengan perkembangan seksual seseorang merupakan salah satu tugas perkembangan utama pada periode ini dan kemungkinan akan melibatkan berbagai pertanyaan dan eksperimen. Ketika remaja mengembangkan orientasi seksual yang konsisten, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor (sosial, keluarga, individu). Beberapa remaja melaporkan bahwa mereka yakin orientasi seksual mereka sejak usia remaja awal, sedangkan sisanya terjadi lebih lambat. Pada usia 18 tahun, hanya sebagian kecil remaja yang tidak merasa yakin akan orientasi seksual mereka.

Disadur dari Kompas, Klasika, Minggu, 30 November 2014, "Mengenalkan Anak pada Identitas Jenis Kelamin"

No comments:

Post a Comment