Thursday, November 27, 2014

Nge Mall sambil Belajar

Lazim sekali ya membawa anak - anak kita bermain di mall. Selain lokasi lebih dekat dari rumah, juga kita bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan di satu pusat perbelanjaan saja. Mulai dari belanja kebutuhan harian misal sayuran segar, kebutuhan bulanan, ke travel agent, potong rambut atau perawatan diri. Anak - anak juga bisa bahagia karena banyak arena bermain buat mereka eksplorasi.

Membawa anak ke mall bukan sekadar untuk refreshing saja melainkan juga untuk meningkatkan ikatan emosional (bonding) orang tua dengan anak. Setelah seminggu orang tua bekerja, anak - anak juga sekolah, maka akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk bersama - sama menghabiskan waktu.  Jika tidak terjadi bonding anak dan orang tua maka dikhawatirkan di masa depan anak akan mudah terkena gangguan psikologis.

Selama di mal isi dengan berbagai aktivitas bersama. Selama waktu itu berkomunikasilah dengan anak. Misal pada saat makan bersama, tanyakan perkembangan sekolah atau hobbynya. Selama bermain dampingi anak untuk melihat perkembangannya, misal anak usia balita apakah sudah cukup kuat melempar bola ke atas, atau cukup bisa memasukkan koin ke dalam lubang. Dengan demikian, orang tua juga mengetahui sejauh mana capaian tumbuh kembang anak. Saat berbelanja bersama juga manfaatkan untuk memberi pelajaran kepada anak,misal konsep uang dipakai sebagai alat tukar atau konsep hemat untuk berbelanja barang - barang yang hanya diperlukan.

Saat makan bersama dapat juga digunakan sebagai waktu untuk menerangkan kepada anak manfaat makanan, sayuran dan vitamin. Pilih restoran yang konsepnya made to order bukan junk food atau fast food. Jenis makanan made to order lebih sehat dan relatif lengkap gizi mulai dari karbohidrat, lauk serta sayur - mayur. Dengan demikian secara langsung, anak memahami dan mengenali jenis - jenis makanan yang sehat.

Arena bermain juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan anak tentang fungsi sosial. Kini, banyak mal yang menyediakan arena bermain untuk anak. Saat bermain ada anak seusia anak kita, lebih muda atau bahkan lebih tua. Penting untuk anak mengetahui tentang pentingnya berbagi dan menunggu giliran dengan teman bermainnya. Hal ini juga mengajarkan anak untuk lebih sabar dan tidak menjadi egois.

Mengajarkan etika pada anak juga dapat dilakukan saat menunggu giliran menaiki lift. Misalnya, ajarkan anak untuk mengucapkan permisi saat akan menaiki lift yang masih ada orang di depannya. Ajarkan juga untuk menunggu antrean untuk turun/naik ekskalator jika sedang ramai.

Akan tetapi perlu tetap waspada dan mengawasi anak - anak. Banyak area yang dapat membahayakan keselamatan anak misalnya fasilitas eskalator atau lift. Ajarkan anak untuk selalu berhati - hati saat akan menaikin eskalator atau lift. Dan selalu mengingatkan untuk tidak menyentuh benda - benda yang mengandung aliran listrik. Ini juga sekaligus mengajarkan konsep waspada dan hati - hati kepada anak.

Selain itu, orang tua juga harus fokus pada menjaga anak. Jangan half listening syndrome. Orang tua sering tidak fokus pada pembicaraan anak akibatnya orang tua cenderung memberi jawaban agar pertanyaan anak cepat selesai saja. 

Kakak membantu adek menaiki motor - motoran di arena bermain

Penting sekali mengajarkan anak tentang berprilaku hemat. Sering dijumpai anak meraung - raung minta dibelikan mainan. Sedini mungkin tanamkan nilai uang kepada anak - anak. Orang tua harus menegaskan bahwa uang itu sangat berharga dan sayang apabila dihabiskan untuk hal yang kurang diperlukan dan bukan prioritas. Apalagi untuk mendapatkannya orang tua harus bekerja selama lima hari dalam sepekan. Akan tetapi tetap disampaikan bahwa orang tua mencari uang demi anak - anak dan keluarganya.

Psikolog Ajeng Raviando mengatakan bahwa saat bersama anak, sebaiknya orang tua berbelanja sesuai dengan keperluan. Jangan sampai anak melihat contoh orang tua mudah sekali membeli barang - barang yang tidak diperlukan. Inilah yang membuat anak jadi konsumtif.

Untuk anak yang terbiasa sulit dikendalikan dan merengek ketika di mal, Ajeng menyarankan orang tua untuk bersikap tenang dan tidak perlu khawatir dengan penilaian orang. Cara terbaik dengan mendiamkannya saja. Nantinya, anak juga diam sendiri apabila cara yang dilakukannya tersebut tidak berhasil. Jika tidak berhasil, anak tidak akan mengulanginya lagi.

Cukup banyak bukan hal - hal yang menjadi bahan ajar anak selam di mal. Belum termasuk saat merek masuk ke Toko Buku yang ada di Mal. So, bapak ibu jangan tabu membawa anak ke mal dengan tetap mendampingi, mengawasi dan mewaspadai anak kita.

Have a great weekend tomorrow...


Disadur dari Artikel Lifestyle Investor Daily, Kamis 16 Oktober 2014. "Mal Pun Bisa Jadi Sarana Mendidik Anak"




1 comment:

  1. Mba, boleh aku kutip artikelnya untuk di post di Fanpage Mal Ciputra Cibubur (FB)?
    Terimakasih.. Nice artikel :)

    ReplyDelete