Monday, December 8, 2014

Dilema yang tak kunjung usai

Pernah menemukan ibu bekerja yang santai saja meninggalkan anak di rumah tidak? Mungkin ada ya misalnya yang menitipkan anak ke keluarga misal ke kakek nenek. Tetapi, cerita Ibu saya a k a Opung boru Ceza bahwa Gerald selalu gelisah jika jam sudah menunjukkan pukul sore dan Papa Mamanya belum menjemputnya. Artinya, bahkan saat dititipkan dengan keluarga terdekat pun, seorang anak tetap merindukan orangtuanya yang sedang bekerja juga kok.

Kebetulan sekali Suplemen Republika hari Selasa,9 Desember 2014 membahas Peran Ganda Ibu bekerja sembari mengurus rumah tangganya. Jika tak lihai menyiasati, kenyataan jam bekerja yang luar bisa dapat membuat ibu merasa bersalah terhadap anak anaknya. 

Segera usir perasaan itu sembari cari solusi mengatasi keterbatasan waktu. Upayakan untuk mengatur waktu lebih baik. Dengan demikian, ibu pasti bisa memberikan perhatian yang cukup kepada anggota keluarganya. Apalagi, ibu secara alami telah dibekali dengan dua kromosom X dan fleksibilitas kerja otak yang memungkinkannya untuk multitasking. Sebab, manajemen waktu yang baik memungkinkan ibu  ibu yang terimpit waktu bisa menciptakan quality time dengan anaknya. Begitu sampai di rumah, siapkan hati dan pikiran untuk hadir ke dunia anak. Kalau anak sudah terlelap saat ibu pulang kantor, manfaatkanlah sedikit waktu yang ada pada pagi hari. Seorang psikolog dari Universitas Maranatha Bandung menyarankan "Jadilah orang pertama yang tersenyum menyambut bangunnya si kecil."

Miliki regulasi diri yang baik. Kondisikan otak untuk berpikir tentang anak saja, singkirkan hal lainnya. Dalam hati, perintahkan otak untuk beranjak dari pikiran tentang kantor maupun keruwetan lainnya ke segalanya tentang anak. Jika belum lancar melakukannya, coba latih kemampuan tersebut secara konsisten selama 21 hari hingga terbiasa. Setidaknya, butuh 21 hari sampai 30 hari untuk membuat kebiasaan positif tersebut melekat. Perlu juga menguasai teknik relaksasi dan cara menjaga kesehatan yang mendasar.

Ibu bekerja mesti kompak bekerja sama dengan suaminya dalam mengasuh buah hatinya. Tentunya, diperlukan komunikasi yang intensif untuk bisa mencapai kesepakatan pengasuhan. Namun sebelumnya, Ibu mesti mengenali suaminya berdasarkan tipenya sebagai laki  laki. Lelaki yang family man berbeda dengan yang merasa kewajibannya hanyalah mencari nafkah.

Untuk mencapai kesepakatan pengasuhan, ibu harus menyampaikan maksudnya dengan kalimat yang jauh dari kesan instruksi. Saat bernegosiasi, lakukan pemetaan kompetensi masing  masing. Ayah yang jago matematika tentu akan merasa berat mendampingi anandanya belajar sejarah. Bagi tugas berdasarkan kompetensi ibu dan ayah agar tak terbeban menjalankannya.

1 comment:

  1. haaa.. untung senyumku y manis ini masih y pertama kembar lihat tiap pagi n mau bobo.. Alhamdulillah..

    Tq Eve.. keep posting :)

    ReplyDelete