Sunday, November 23, 2014

Menjaga Kebersihan Telinga & Hidung Balita

Setiap hari minggu, saya rutin membersihkan telinga kakak & adek dengan kapas pembersih telinga sekaligus menggunting kukunya. Kegiatan ini wajib dilakukan, jika tidak kuku - kuku mereka dalam seminggu itu saja sudah panjang apalagi kalau kelewatan. Telinga yang basah juga menjadi penyebab kotoran mudah menumpuk ditambah kakak belum begitu telaten untuk menggosok bagian belakang kuping telinganya. Seringkali saya menemukan kerak - kerak coklat dibelakangnya.

Ternyata menurut Artikel Media Republika edisi Senin, 24 November 2014 bahwa sumbatan kotoran pada telinga dapat menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri, gatal, bunyi denging bahkan pusing,lo.

Sebenarnya setiap hari telinga memproduksi kotoran (serumen). Serumen sesungguhnya berperan melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri dan partikel asing yang dapat merusak telinga. Akan tetapi jika dibiarkan akan menumpuk dan malah menimbulkan sumbatan kotoran.  Sumbatan kotoran yang dibiarkan terlalu lama akan mengeras dan semakin sulit untuk dibersihkan. Jika dipaksa dibersihkan, biasanya kotoran justru akan semakin terdorong ke dalam. Gangguan yang ditimbulkan akibat sumbatan kotoran adalah gangguan pendengaran ringan, nyeri, rasa gatal, bunyi denging hingga pusing.

Umumnya agak sulit membersihkan telinga bayi lantaran perbedaan anatominya. Liang telinganya lebih pendek, kemiringan dan lebar telinga juga berbeda, dan bayi jelas lebih sensitif dibanding anak atau orang yang lebih dewasa. Kulit bayi pun relatif sangat rentan lecet. Dengan demikian, proses pembersihannya pun harus dilakukan dengan hati - hati.  

Walau sebenarnya kotoran telinga bisa saja perlahan keluar dengan sendirinya tetapi perlu menjaga kebersihan telinga bayi, saran Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sudung O Pardede. Aman untuk dibersihkan jika kotoran sudah berada dekat permukaan lubang. Sebaliknya, sangat berbahaya jika membersihkan telinga dengan mengoreknya terlalu dalam. Jika sudah terlanjur keras, mintalah bantuan dokter THT, sarannya lagi.

Bersihkan telinga bayi cukup pada sekitar daun dan lubang telinganya. Disarankan menggunakan kapas atau handuk yang dibasahi air. Untuk di sekitar lubang telinga dapat menggunakan cotton bud khusus bayi. Akan tetapi jangan terlalu dalam, tegas dokter spesialis anak tersebut.

Lakukan membersihkan telinga sekali atau dua kali seminggu bergantung kondisi. Masing - masing anak berbeda produksi kotoran telinga. Beberapa anak mungkin harus lebih sering dibersihkan telinganya karena produksi kotoran yang lebih banyak.

Membersihkan telinga tidak boleh dilakukan hingga ke dalam liang telinga sekalipun anak sudah beranjak besar, kata dr Sukri Rahman, dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT -KL). Pembersihan hingga masuk ke lubang telinga hanya boleh dilakukan oleh profesional (dokter).

Risiko yang timbul jika membersihkan terlalu dalam adalah timbul iritasi terutama pada bayi yang suka tiba - tiba bergerak malah dapat menimbulkan trauma pada telinga, imbuh dr Sukri.

Lecet pada telinga juga bisa terjadi dan dapat berakibat infeksi. Hal ini ditandai dengan bengkak, telinga berair, dan nyeri yang disertai demam.

Rajin bersih - bersih, tubuh sehat tercermin dari keceriaannya


Hidung 
Hidung pun tak luput dari perhatian. Jika tidak rutin dibersihkan dapat menimbulkan sumbatan pada pernapasan dan membutuhkan penanganan tersendiri.

Kotoran di hidung dapat keluar dengan sendirinya melalui bersin. Jika ingin dibersihkan sama dengan cara membersihkan telinga, hanya boleh dilakukan dengan tidak mengorek terlalu dalam.

Selain oleh kotoran, sumbatan hidung dapat terjadi juga oleh lendir. Dalam kondisi tertentu, lendir pada hidung bayi merupakan hal yang normal. Akan tetapi, dapat mengganggu pernapasan juga bila jumlahnya berlebihan dan teksturnya kental.

Untuk mengencerkan lendir yang menggumpal dapat menggunakan obat tetes hidung yang biasanya mengandung larutan NaCL. Beri hanya beberapa tetes saja dan dapat dilakukan sendiri di rumah.

Umum dilakukan oleh ibu - ibu adalah menyedot langsung ingus dengan mulut (hha...saya selalu melakukan ini lo... seolah - olah banyak membantu namun ternyata...) Menurut dr Sukri, cara ini sebenarnya kurang efektif dan malah berisiko melukai hidung bayi jika si ibu terlalu kuat menyedotnya. Bahkan, bila ibu dalam keadaan tidak fit, virus justru bisa menular kepada bayi.

Hidung bayi yang tersumbat sangat mengganggu bayi bernapas karena umumnya mereka hanya bisa bernapas melalui hidung dan tidak bisa melalui mulut, Jika ditemukan lendir yang mengering bisa dibersihkan.Gunakan kapas basah secara manual untuk melunakkan lendir tersebut. Sebagai catatan, hanya dilakukan di sekitar lubang hidung.


Sumber : Artikel MEDIKA, Republika, Senin,24 November 2014

No comments:

Post a Comment