Thursday, October 15, 2015

Budaya Untung

Luar biasa pengalaman pagi tadi berangkat ngantor.. Seperti biasa, aku mengejar kereta commuter Pk.06.09 atau Pk.06.15. Kereta berangkat Pk 06.09 setelah melalui usaha yang luar biasa buat ngedorong masuk. Tanpa ada firasat apa - apa kereta melaju lancar hingga Stasiun Pasar Minggu. Tetapi, selama di dalam kereta, kondisi AC sama sekali tidak terasa. Berhenti di St. Ps. Minggu, kereta masuk ke lajur paling kanan, artinya penumpang yang akan turun biasanya melalui pintu sebelah kanan dari arah datangnya kereta berpindah ke pintu sebelah kiri. Ada apa gerangan ya? Lalu pada saat berhenti, seorang petugas KA turun ke bawah peron, entah sedang apa.

Tiba - tiba ada pengumuman oleh masinis, bahwa KA akan berhenti sementara dilakukan pengecekan. Tanpa ada pemberitahuan berapa lama atau sampai kapan. Waduuhh... Sementara jam berlalu terus, aku langsung melihat ke arah belakang kereta. Ternyata dan Untungnya.. ada kereta yang menuju Tanah Abang. Dengan susah payah aku berusaha keluar dan keluar..Akhirnya bisa lalu lari mengambil posisi berdiri di sisi peron supaya dapat "berjuang" aka "mendorong" masuk kereta nantinya. Dan ternyata betul, kereta ternyata sudah penuh. Aku mendorong tubuhku masuk ke dalam gerbong kereta.. dorong.. dorong.. dorong.. Fuuhh... Susah payah akhirnya mendapatkan posisi di dekat pintu kereta. Aku berhasil..!! Cukup banyak penumpang yang tidak berhasil, kecewa lalu kembali berlari menuju kereta yang aku tinggalkan tadi..Untung saja, nasib mujur masih berpihak padaku.

Ngomong-ngomong soal "untung"..aku tidak sengaja mencuri dengar cerita salah satu penumpang sembari menahan tubuh dari tekanan - tekanan penumpang lain. Ceritanya, tetangga rumahnya terkena musibah kebakaran pada hari Minggu lalu. Dalam kondisi mati lampu, punya bayi yang sedang menyusui, lilin adalah penolong saat gawat darurat harus membuat susu bayinya. Lilin yang menyala ditaruh di atas piring kecil dan diletakkan di dalam kamar sebagai penerang seadanya. Saat hampir menjelang malam, semua sudah bersiap tidur karena mau ngapain lagi, wong mati lampu. Sang ibu terbangun karena harus membuat susu buat bayinya. Pada saat itulah, si Ibu tersadar bahwa lilin sudah jatuh dari piring kecil tersebut membakar kontainer tempat diletakkannya lilin tadi. Ada tiga kontainer yang habis terlalap api tidak lebih dari sekian menit. Seluruh keluarga panik, sang Suami langsung mengambil kain lap basah sementara ibu menggendong bayinya keluar rumah. Dalam tempo sejam lebih baru api dapat dipadamkan karena jarak kamar mandi dari kamar cukup jauh. Fuuh...


Sumber gambar : https://fajrindotme.files.wordpress.com/2012/09/lilin-padam1.jpg


Apa komentar para tetangga..?? "Untung baru kontainer yang terbakar gimana kalo merembet ke yang laen - laen tuh.." Aduhh... Ada komentar lagi, "Untung mati lampu ya', jadi ga' menyebar ke rumah - rumah laennya.. Gimana tuh ntar?"... Ada lagi "Untung si Ibu bangun kalo ga' bisa kebakar tuh ibu sama bayi ame bapaknya..." Dan semakin banyak untung - untung lainnya.. Saya tersenyum sendiri mendengar komentar ibu ditambah logat Betawinya yang kental sekali.

Tak jarang juga lho kalo kita tabrakan, komentar orang sering seperti ini "Untung nyawa lo masih selamat,broow... kalo gak.."

Yaa.. Budaya Untung lazim sekali kita dengar.. Bersyukur di segala waktu dan tempat memang wajib tapi kalo dalam kondisi darurat atau berbahaya, apakah masih diuntungkan. Semestinya kita berempati, menyampaikan ucapan yang menyenangkan, seperti "Yang sudah terjadi sudah tak perlu disesali. Sebagai pembelajaran aja, lain kali kita hati - hati kalau menaruh lilin, jangan dekat benda - benda yang gampang terbakar" atau "kita harus lebih berhati - hati membawa kendaraan, tidak boleh melamun saat menyebrang juga."

Rasanya adem kan mendengar kalimat itu..??