Monday, October 27, 2014

Gali Potensi.... Diri dan Anak...

Hemm.. Judulnya terkesan sangat berat yaa... Tapi barangkali sebenarnya tidak juga jika kita sadari bahwa sehari - hari pun kita melakukan ini tanpa sadar..
Oh ya? Bagaimana bisa?

Coba deh kita ingat - ingat kembali, sewaktu masih belum nikah, pernah tidak kita rajin mengupas bawang merah, bawang putih dan bumbu lainnya buat masak sayur tumis kangkung? Tuh, pasti jarang bahkan malah tidak pernah yaa kecuali disuruh oleh mamak di rumah.. hhehehe...
Nah, saat sudah menikah kita coba menunjukkan pada suami bahwa kita punya kemampuan memasak, mengumpulkan resep dari tabloid, majalah atau bahkan brosur - brosur misal dari produk susu atau sejenisnya...
Saat itu kita sedang menggali potensi diri kita, apakah kita mempunyai bakat atau sekadar kemampuan sederhana untuk menghidangkan makanan terenak untuk suami tercinta... Dan,kita menikmati proses tersebut bukan bahkan dengan sangat penuh cinta berusaha menyiapkan makanan untuk suami saat dia pulang kerja, bukan?

Kedua, saat tidak mempunyai kesibukan adakah yang pernah mencoba kursus menjahit ? Atau keterampilan lainnya? Saya tidak sempat ikut kursus menjahit tapi sampai sekarang masih menyimpan keinginan untuk melakukan hal itu. Tapi, saya pernah sampai kursus "crocheting" alias merajut di sebuah toko yang menjual pernak-pernik merajut di Bandung. Dan saya keranjingan mengumpulkan banyak jenis benang baik lokal sampai impor, googling tentang pola - pola lalu mencoba mempraktekkannya. Lumayan satu dua dompet dan tas kecil berhasil saya ciptakan. Bahkan saya mengoleksi buku pola juga lho...
Nah, saat itu saya sedang menggali potensi diri saya yang lain yang tidak ada hubungan sekali dengan latar belakang pekerjaan saya yang bersifat klerikal dan latar belakang pendidikan saya yang bersifat teknis... And I found pleasure in doing that...


Sekarang, saat saya sudah mempunyai putri, saya tularkan kebiasaan menggali potensi diri kepada keduanya. Tersedia jenis mainan yang bersifat mengasah saraf motorik kasar dan halusnya mulai dari kubik, alat - alat musik, pensil warna, kertas bertumpuk - tumpuk (kertas bekas dari kantor) dan sebagainya sehingga rumah terlihat selalu berantakan tak terurus, Tapi, saya menyukainya artinya anak saya sedang mengeksplor, menggali apa sih kesukannya. 

Si kakak dan adek dibebaskan untuk memilih kegiatan apa yang disukai untuk ekskulnya... 

Kakak mencoba menjadi majorette di marching band TK sebagai berikut ....

Kakak menjadi majorette di Marhing Band TK

Kakak mencoba belajar vokal bareng Papa sebagai berikut....

Kakak belajar vokal bareng Papa

Sekarang, Adek yang lebih canggih dan berani ajah di usia 2 tahun 1 bulan sudah mau mencoba olahraga berkuda sebagai berikut ...


Dan masih banyak lagi menanti hal - hal yang kakak dan adek harus gali buat tahu kesukaannya dan bakatnya di mana sih.. Kakak sudah pernah mencoba les musik tapi berhenti karena adek lahir dan lebih senang bermain sama adek makanya tidak mau lanjut les lagi..Oke,mami ikutin...
Sekarang, mereka sedang tergila - gila pada kegiatan berenang, sampai - sampai kakak ikutan les berenang juga...
Dan masih cukup banyak waktu untuk menggali potensi mereka karena Mami pun sampai saat ini masih menggali,  menggali dan teruuss menggali keahlian dan kemampuan Mami...



Saturday, October 11, 2014

Permulaan yang Kosong

Demikianlah judul yang kupilih mengingat setelah lebih 2 tahun aku vakum mengisi blogspotku evemommyceza.blogspot.com. Dan aku memilih mengganti namaku menjadi "evemommy2c" karena saat ini aku sudah mempunyai dua putri.Dan kedua putriku mempunyai nama yang berawalan "C".
Mempersingkat cerita inilah aku saat ini, seorang ibu bekerja,sembari membantu putri pertamaku berjuang di tengah kurikulum sekaligus membimbing putri keduakuyang tergolong hiperaktif..Sembari mempunyai rencana yang buanyaakkk banget, berencana memiliki anak ketiga, menyelesaikan rajutanku, mengirimkan cv kemana-mana, mempunyai rumah impian dengan halaman luas, mempunyai impian ini dan itu..dan itu..dan itu..Why not?
Berawal dari permulaan cita-cita yang seolah-olah kosong seperti tak tampak ujungnya, namun dengan satu langkah, satu derap , akan tampak tangga selanjutnya dan selanjutnya dan tibalah di pintu utama tersebut.Selama meniti tangga itu pula diuji kesetiaan, kesabaran dan harapan untuk mendapat hasil.Jika kau sabar kau akan mendapat."Ketoklah maka pintu akan dibukakan"Ada kegiatan mengetok pintu sebagai usaha manusia agar Tuhan bantu buka jalan .Demikianlah umpamanya Permulaan yang kosong ini.
Dan bagai putri pertamaku yang baru menginjak kelas 1 SD, dia dan temannya bagaikan permulaan yang kosong yang siap untuk diisi, dipenuhi hingga tumpah menjadi berkat buat keluarga dan sekitarnya.Demikianlah mereka siap untuk patuh, turut dan setia kepada guru dan orangtuanya..
Sekiranya sekian dahulu ya sebagai awal dari segalanya...