Sunday, November 15, 2015

Ngeles identik dengan Cerdas ??

Sudah niatan saya untuk menulis pengalaman Sabtu siang kemarin. Daripada ntar makin lupa dan makin malas... hm,ini penyakit utama sekarang nih. Seperti biasa, saya dan adek menemani kakak les musik di Purwacaraka Depok. Adek selalu ikut serta sebab dia senang banget bisa mengintip kakak yang sedang latihan piano pop,atau mengintip kelas - kelas laen yang sedang olah vokal atau latihan gitar.

Tiba di parkiran, kakak turun duluan. Saya dan adek menyusul karena adek harus makan siang dulu, menyantap ransum dari rumah. Pada saat persiapan turun, adek sempat bertanya,"Mami bawa cemilan, gak?" "gak,Dek,"jawabku. Ada apa tetiba adek bertanya demikian ya... Saat mengunci mobil, saya melirik ke pintu masuk kursus, ada warung kecil memang di disitu. Hmm...baru saya ngeh.. Adek pengen jajan di situ sepertinya. Adek.. Adek.. Dia tidak minta langsung, "jajan ya, Mi," tapi dicari alasan dulu, karena tidak bawa cemilan terus adek pengen makan cemilan, terpaksa mami harus belanja ke warung itu. Heh... panjang banget 'Dek mikirnya, batin saya.


Kalo dengan kakak, kejadiannya sebelumnya, saya lupa hari apa. Kakak seperti mengingatkan saya,"Mami udah lama tidak nyari novel baru lagi lho.." Ehh.. Saya kagetlah, memang sudah lama tidak mampir ke Toko Buku Gramedia sih. Alih-alih kakak minta jalan - jalan ke toko buku, Kakak mengingatkan saya yang punya keperluan itu adalah saya. Nah, biasanya saya membawa kedua anak saya itu kemana - mana karena gak ada pengasuh khusus mereka di rumah. Asisten di rumah khusus membantu saya untuk membereskan keadaan rumah yang centang perenang setelah diberantakin kedua putri saya itu. Kakak juga punya akal yang panjang banget sebelum minta sesuatu.

Ini namanya ngeles bukan ya? hehehe.. Ngeles bisa juga untuk mengungkapkan segala jenis alasan untuk mengelak sesuatu sih. Tapi, apapun sebutannya saya berkesimpulan, kedua putri saya ini sudah menimbang dengan matang sebelum mengungkapan keinginan atau permintaannya. Dia lempar dulu ke floor topiknya untuk dipertimbangkan oleh saya, ketimbang memerintahkan saya untuk melakukan sesuatu. hehehee... Itu saya sebut jelas "Cerdas".. hahahhaaa....

Jaman saya dulu, dan mungkin teman - teman laen,minta sesuatu ke mamak saya itu susahnya minta ampun. Boro - boro beli buku atau jajan, saya tidak pernah diberikan uang jajan. Alasannya, jatah makan selalu bawa ke sekolah dan ongkos selalu harus di pas - pas in. Maka, untuk meminta sesuatu ke mamak, saya selalu takut ditolak malah bisa dimarahi. Dulu keluarga saya adalah keluarga yang berkecukupan. Cukup makan, cukup kebutuhan di pas - pas in. hhehehee.. Tapi, Puji Tuhan saya belajar hemat sebab itu dan belajar menjadi sabar. Karena toh, mamak saya selalu mencukupi kebutuhan alat tulis, buku belajar dan persediaan cemilan selalu ada di rumah sebab mamak saya suka memasak apa saja buat cemilan. Anak - anak senang (kami empat bersaudara) dan mamak saya bisa hemat. heheheee...

Nah, sekarang anak - anak saya yang sudah punya segudang buku bacaan, langganan majalah saban minggu. Ndak mungkin juga kondisi saya dipersamakan dengan kondisi mereka saat ini. Jadi, saya anggap wajar pola pikir kedua putri saya ini. Tinggal bagaimana saya mengakali permintaan mereka ini. 

Kalau minta jajan makanan, biasanya saya kasih prasyarat dulu, harus sudah makan nasi lengkap dulu plus sayur terutama. Dengan demikian, jajanan hanya sebagai pelengkap saja dan jumlahnya juga tidak banyak - banyak. hehehe.. Saat minta membeli buku, prasyaratnya semua tugas rumah dan membantu membereskan kasur, selimut setelah tidur adalah wajib. 

Jadi, anak pun tahu saat meminta ada yang harus dibayar. Tak perlu yang rumit - rumit, minta yang sederhana aja dari Sang anak. Toh, permintaan mereka tidak sulit - sulit amat. Kelak, mereka akan tahu tidak ada yang gratis di dunia ini.

Thursday, November 12, 2015

Bersinggungan

Pernah merasakan bersinggungan ? Mengintip pengertian di http://kbbi.web.id/singgung, artinya adalah bersentuhan; bersenggolan; antuk-mengantuk. Bagi pengguna rutin kereta commuter line seperti saya, senggol - senggolan hal biasa di dalam kereta. hehe.. Tapi, kalo dalam urusan pekerjaan, pernah ber - antuk - antukan - dengan rekan kerja belum?

Sebelumnya saya pernah merasakan perasaan tidak nyaman saja dengan seorang rekan kerja. Tetapi, berhubungan dia berada satu ruangan dengan saya, ya.. saya seolah - olah tutup mata saja dengan kelakuannya yang terkadang terlalu oportunis. Saya juga kadang bisa oportunis, tetapi masih dalam batas wajarlah. Lah, teman saya ini, apa - apa nitip temen yang sedang pergi ke mana. Atau, kali lain, ikutan nebeng pulang dengan alasan capek nyetir mobil sendiri. Dikira temannya gak,toh? Alih - alih bantu bayar tol, malah tidur sepanjang jalan. Teman saya kesal sekali dibuatnya.. hahahaa.. Tapi, itu masih batas wajar untuk diterimalah ya..

Kejadian bersinggungan ini terjadi dengan rekan kerja saya di tempat baru. Sebutlah A dan B. B merasa tidak suka pada A karena selalu terlalu berlebihan, dan selalu merasa bisa melakukan segalanya bahkan men-coup pekerjaan teman lain. Secara frontal A mengungkapkan, ini sifatnya dan tidak pernah merasa masalah dengan itu. Terjadilah perbedaan pendapat dan malah melebar ke hal - hal lain. Padahal, selama ini mereka sangat akrab seperti tidak ada masalah. Inilah puncak dari keakraban semu (istilah saya) tersebut. Kedua pihak merasa benar sendiri. Kedua pihak merasa di campuri, terjadi persinggungan

Tetapi, mengingat posisi kedua rekan kerja ini duduk berdekatan. Tak ada kata lain selain menerima satu sama lain apa adanya, bukan? Satu dua hari pertama setelah gunung meletus tersebut, suasana dingin sangat terasa seperti ada Elsa, tokoh utama Frozen sedang berjalan - jalan di ruangan kerja kami.. hahahaa... (lebay). Teman saya B punya sifat santai dan blak - blakan. Jadi, dia merasa santai saja dengan kejadian tersebut.. hehehee... dan memang, terlihat berusaha mencairkan suasana. Sementara teman satu lagi, punya sifat agak kaku dan pemalu sehingga masih agak rikuh dan menjaga jarak. But, everything worth trying, kan?

Setelah berjalan dua minggu sejak hari kejadian, suasana sudah mulai berjalan nyaman. Kedua teman saya sudah terlihat mulai sering berkomunikasi bahkan canda - candaan. Syukurlah. Kedua teman saya bahkan sudah balik janjian makan siang bareng.

Hikmah yang dapat saya petik adalah, "A best friend is the person who knows all about your badness, but still likes you". Tentu, tidak ada manusia sempurna. Saya maunya begini, teman saya maunya begini. Tak dapat disatukan, tetapi minimal dapat diakurkan. Berjalan bersama teman dalam benci dan suka sungguh indah, sebab memperkaya ilmu tentang sifat - sifat manusia. Seharusnya, kita bersyukur kita berbeda dan rasanya tak dapat sejalan. Di masa depan, saya mungkin tak bersamanya lagi tetapi cerita saya dan teman - teman saya adalah sejarah tak terlupakan dan bekal saya bercerita kepada anak cucu tentang indahnya kehidupan saya.



Thursday, October 15, 2015

Budaya Untung

Luar biasa pengalaman pagi tadi berangkat ngantor.. Seperti biasa, aku mengejar kereta commuter Pk.06.09 atau Pk.06.15. Kereta berangkat Pk 06.09 setelah melalui usaha yang luar biasa buat ngedorong masuk. Tanpa ada firasat apa - apa kereta melaju lancar hingga Stasiun Pasar Minggu. Tetapi, selama di dalam kereta, kondisi AC sama sekali tidak terasa. Berhenti di St. Ps. Minggu, kereta masuk ke lajur paling kanan, artinya penumpang yang akan turun biasanya melalui pintu sebelah kanan dari arah datangnya kereta berpindah ke pintu sebelah kiri. Ada apa gerangan ya? Lalu pada saat berhenti, seorang petugas KA turun ke bawah peron, entah sedang apa.

Tiba - tiba ada pengumuman oleh masinis, bahwa KA akan berhenti sementara dilakukan pengecekan. Tanpa ada pemberitahuan berapa lama atau sampai kapan. Waduuhh... Sementara jam berlalu terus, aku langsung melihat ke arah belakang kereta. Ternyata dan Untungnya.. ada kereta yang menuju Tanah Abang. Dengan susah payah aku berusaha keluar dan keluar..Akhirnya bisa lalu lari mengambil posisi berdiri di sisi peron supaya dapat "berjuang" aka "mendorong" masuk kereta nantinya. Dan ternyata betul, kereta ternyata sudah penuh. Aku mendorong tubuhku masuk ke dalam gerbong kereta.. dorong.. dorong.. dorong.. Fuuhh... Susah payah akhirnya mendapatkan posisi di dekat pintu kereta. Aku berhasil..!! Cukup banyak penumpang yang tidak berhasil, kecewa lalu kembali berlari menuju kereta yang aku tinggalkan tadi..Untung saja, nasib mujur masih berpihak padaku.

Ngomong-ngomong soal "untung"..aku tidak sengaja mencuri dengar cerita salah satu penumpang sembari menahan tubuh dari tekanan - tekanan penumpang lain. Ceritanya, tetangga rumahnya terkena musibah kebakaran pada hari Minggu lalu. Dalam kondisi mati lampu, punya bayi yang sedang menyusui, lilin adalah penolong saat gawat darurat harus membuat susu bayinya. Lilin yang menyala ditaruh di atas piring kecil dan diletakkan di dalam kamar sebagai penerang seadanya. Saat hampir menjelang malam, semua sudah bersiap tidur karena mau ngapain lagi, wong mati lampu. Sang ibu terbangun karena harus membuat susu buat bayinya. Pada saat itulah, si Ibu tersadar bahwa lilin sudah jatuh dari piring kecil tersebut membakar kontainer tempat diletakkannya lilin tadi. Ada tiga kontainer yang habis terlalap api tidak lebih dari sekian menit. Seluruh keluarga panik, sang Suami langsung mengambil kain lap basah sementara ibu menggendong bayinya keluar rumah. Dalam tempo sejam lebih baru api dapat dipadamkan karena jarak kamar mandi dari kamar cukup jauh. Fuuh...


Sumber gambar : https://fajrindotme.files.wordpress.com/2012/09/lilin-padam1.jpg


Apa komentar para tetangga..?? "Untung baru kontainer yang terbakar gimana kalo merembet ke yang laen - laen tuh.." Aduhh... Ada komentar lagi, "Untung mati lampu ya', jadi ga' menyebar ke rumah - rumah laennya.. Gimana tuh ntar?"... Ada lagi "Untung si Ibu bangun kalo ga' bisa kebakar tuh ibu sama bayi ame bapaknya..." Dan semakin banyak untung - untung lainnya.. Saya tersenyum sendiri mendengar komentar ibu ditambah logat Betawinya yang kental sekali.

Tak jarang juga lho kalo kita tabrakan, komentar orang sering seperti ini "Untung nyawa lo masih selamat,broow... kalo gak.."

Yaa.. Budaya Untung lazim sekali kita dengar.. Bersyukur di segala waktu dan tempat memang wajib tapi kalo dalam kondisi darurat atau berbahaya, apakah masih diuntungkan. Semestinya kita berempati, menyampaikan ucapan yang menyenangkan, seperti "Yang sudah terjadi sudah tak perlu disesali. Sebagai pembelajaran aja, lain kali kita hati - hati kalau menaruh lilin, jangan dekat benda - benda yang gampang terbakar" atau "kita harus lebih berhati - hati membawa kendaraan, tidak boleh melamun saat menyebrang juga."

Rasanya adem kan mendengar kalimat itu..??

Wednesday, September 23, 2015

Surat Cinta... Tinggal sejarah?

Saat ini saya sedang di angkutan umum menuju rumah,di tengah kemacetan yang "no more words to say"...lalu,radio yang sedang saya dengar ini membahas "Kapan terakhir anda mendapat surat cinta?" .... well...well.. mayoritas pendengar menjawab terakhit kali mendapat surat cinta hampir 20 tahun yang lalu..wow..wow..wow... Itu sebab saya tergelitik untuk menulis..

Pengalaman saya (lupa lupa ingat sebetulnya), waktu saya SD kelas 5 ato 6 gitu,seorang teman gereja mengirim ucapan Natal melalui sebuah kartu..i didn't saya that's a love letter,but..i pressume it was a love letter...hhahahaaa..

Jaman dulu teknologi paling canggih adalah korespondensi memang.Bangga punya sahabat pena banyak,rajin berkirim surat dengan teman yang pindah kota ikut orangtuanya pindah.Bahagia sekali jika pak pos datang mengantar surat.Jadi,ya memang suratlah media mengungkapkan ide saat itu..Selain itu...?? Tak ada lagi.. Belum ada handphone,bahkan pager baru ada di tahun 1995an dan itu juga hanya untuk kalangan terbatas.Seberapa panjang sih karakter yang bisa ditampung oleh pager?

Masuk tahun 2000an,sudah ada teknologi mirc,email,frendster,blogger,handphone, lalu facebook..Media-media itu awam digunakan orang untuk mengirim pesan,mengungkapkan perasaan baik bahagia maupun perasaan"tidak bahagia" .. Lalu,media surat..? kecuali untuk urusan resmi,saya sendiri malas menulis surat bahkan untuk pasangan saya.. Mengungkapan rasa bahagia,saya sampaikan melalui path atau facebook...Tinggal pencet sana sini,lalu upload deh...Memang sih romantisme agak sedikit kurang timbang menulis surat dalam sebuah kertas harum bermotif bunga...hhahaha...jadul banget yah... Tapi,praktis.. Saat ini jamannya praktis dan efisien,katanya.Saya setuju akan hal itu,apalagi saat ini saya sudah pujya bontot.Bahkan mempunyai me time pun jarang sekali...*curcol nih...

Well,intinya surat cinta aka love letter,terdengar sudah usang tapi saya tidak menafikan perlu juga melakukannya sesekali.Tujuannya,melatih kepekaan saya,kemudian mengasah naluri saya juga.Saya rasa cukup itu pemikiran saya.

*ditengah kemacetan menjelang Hari Raya Idul Adha,24 Sep 15

Thursday, September 17, 2015

Content

Sejak dulu, jika ditanyakan saya itu anak pintar, mamak saya selalu mengklarifikasi," Tidak juga.. si Butet (panggilan kecil saya) hanya rajin aja.."

Itu pedoman saya hingga berani melanjutkan sekolah ke luar kota Medan, berani kerja kantor pertama di Sukabumi. Sukabumi kota kecil, adem, nyaman dan santai. Perjalanan menuju kota besar terdekat Bogor saya makan waktu sampai 2 jam.Setiap Sabtu, saya ngelaju pulang ke Bogor. Capek tapi di Sukabumi juga mau apa. Setelah itu saya ke Bandung, berkeluarga dan terakhir di Depok.

Satu yang saya pegang, saya "Content", saya setia dan sabar. Saya menunggu hingga tiba saatnya, Tuhan pasti akan membawa saya terbang tinggi seperti rajawali. Komentar suami saya yang sudah pindah kantor sebelas kali selama 14 tahun, "Entah terlalu nyaman di comfot zone, entah memang saatnya"... hihihiii...

Tapi, saya anggap angin lalu sebab di Kitab Suci pun disebutkan orang yang content, orang yang setia dan taat, dia yang mendapat. Sebab dia sabar, sebab dia bertahan di saat susah dan di saat senang pun pasti sabar. Selama sabar, ada kebiasaan yang terbentuk menjadi sikap, memberikan pandangan hidup. Jika ditanyakan kepada saya bagaimana menuju suatu tempat di Bandung, saya akan dengan mudah menjelaskannya. Sebab, dulu saya terbiasa kemana - mana sendiri dan menjadi ritual saja, di luar kepala hapal.

Jadi, saya rasa orang boleh punya pendapat tapi saya yang menjalani. Orang boleh punya pemikiran yang berbeda tetapi saya yang mampu mengukur sejauh mana saya mampu dan tidak mampu.

-Evelin, 17 Sept 2015-

Thursday, September 10, 2015

Ingin memeluk Bapak

Setelah mendengar pengalaman Bapak tadi pagi, rasanya saya ingin terbang segera ke Medan. Rasanya ingin memeluk Bapak agar dia lebih tenang lagi, walaupun tadi Bapak mengaku sudah ikhlas. Tapi, tetap saja... masih kurang rasanya kalau tidak melihat raut muka Bapak.

Saat ini aku sedang mencoba mereka-reka raut muka Bapak yang berusaha tenang tapi mungkin hatinya gundah gulana sebab ditipu oleh penjahat. Sudah puas rasanya setelah aku menulis surat di Suara Pembaca.


Sudah puas rasanya sembari mendoakan agar sang penjahat tidak akan bahagia dan selamat dengan uang hasil curiannya. Rasanya ingin melempar orang itu... Lalu mencincangnya seperti akan membuat sayur cah kangkung.. eeerrr....

Tapi, ah... sudahlah yaa... Ikhlaskan ajala..
Yang penting Bapak tetap sehat dan walafiat sampai adekku Beni menikah di akhir Oktober ini..

Sehat-sehat ya pung...


Kejahatan di mesin ATM di SPBU

Kejadian ini bisa terjadi dengan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Terjadi dengan Bapak saya (62 tahun) di SPBU No 14.20111.10, Jl Gaperta No 285 (depan jalan Beringin), Medan, Sumatera Utara.


Kamis, 9 Sept 2015, kurang lebih pk.07.30, Bapak mengambil tabungan di Bank Sumut melalui gerai atm di SPBU tersebut. Dari kira - kira 4 mesin ATM yang tersedia, hanya mesin ATM merk Bank Sumut yang bisa melakukan transaksi (biasanya tidak pernah menggunakan mesin ini). Kartu atm bisa masuk tetapi tidak bisa keluar, seperti kegantung di lubangnya. Tiba-tiba di sebelah Bapak ada laki-laki, yang menyarankan untuk menghubungi nomor telepon yang tertera di mesin atm tersebut yaitu 087874161888. Lalu Bapak menghubungi nomor telepon dan mengikuti petunjuk untuk mengeluarkan kartu dan menjawab semua pertanyaan, termasuk ketika diminta nomor PIN atm. 

Selanjutnya, kartu ATM tetap tidak berhasil keluar, Bapak disarankan ke kantor cabang Bank Sumut terdekat pada pukul 11.00 pagi. Bapak menginggalkan kartu yang masih tertancap di mesin atm dan berusaha meminta bantuan kepada petugas satpam di SPBU tapi ternyata tidak ada. 

Lalu Bapak datang ke Bank Sumut Cabang Padang Bulan dan di situlah ketahuan telah terjadi transaksi pengambilan uang sejumlah Rp 4 juta melalui mesin atm di SPBU tersebut.

Modus kejahatan ini sudah jamak terdengar, akan tetapi tak salah saya berbagi cerita atas pengalaman buruk yang telah terjadi dengan orang tua saya. Hikmah yang saya ambil adalah bahwa umumnya pelaku kejahatan beraninya hanya kepada orang tua. Pengalaman sama juga dialami oleh orangtua teman saya yang sudah pensiun, Bapak saya pun sudah pensiun.

Kami mohonkan agar pembaca selalu mawas diri dan mengambil tabungan hanya di ATM yang terletak di lokasi bank atau lokasi - lokasi yang dianggap aman oleh pembaca. Selanjtunya, agar pihak empunya SPBU pun membantu mengurangi tindak kejahatan dengan menyediakan petugas jaga yang selalu siaga dan berjaga-jaga di setiap sisi SPBU.

Terima kasih


Tuesday, June 9, 2015

Keluarga

Jika ditanyakan pada keluarga Cemara, harta yang paling berharga apa ? Maka jawab mereka adalah "keluarga".. seperti lagu di serial mereka "Harta yang paling berharga adalah keluarga"...

Seperti kemarin tweet +momdadi magz , apa arti keluarga dalam tiga kata.. Maka jawabku +evelin siagian adalah Berkat, Bahagia, Abadi...

Berkat, karena saat diberi kesempatan dan ditetapkan melalui ikatan pernikahan, adalah karunia yang luar biasa..Seorang yang tidak mempunyai bekal ilmu untuk berumah tangga, belum berpengalaman untuk berbagi kasih dan perhatian, diberi Tuhan kesempatan untuk duduk berdampingan dengan manusia lain, seorang pria, untuk hidup sepanjang hari, sepanjang saat bersama pria tersebut. Hanya bermodalkan saling mencintai, kedua insan nekat untuk hidup bersama membentuk keluarga.

Perasaan sejak saling mencintai adalah senang, girang, gembira sepanjang hari. Tak sabar menanti telfon atau pesan singkat dari kekasih. Saat diperkenankan untuk mengikat janji di depan pemuka agama, maka hati merasa damai, tenang, tak kuatir akan hari esok sebab genggaman erat sang kekasih memantapkan ketetapan hati. Perasaan bahagia adalah di atas segalanya, sebab sepanjang saat selalu bersama dan saling memperhatikan. Tak terpikir akan masalah menghadang,akan badai menerjang,karena sedang di awang- awang berbahagia.

Dua insan bersatu bukanlah hal mudah, mengingat masing-masing mempunyai sifat yang berbeda,kebiasaan yang berbeda dan keinginan yang berbeda. Akan muncul konflik, akan muncul beda pendapat.. Namun, mengingat janji suci pernikahan, maka "Berkat" yang diberikan Tuhan dan keBahagiaan yang dirasakan mampu meredam semua beda, mampu menghadang perasaan - perasaan tidak enak yang timbul.. Janji suci itu akan Abadi.. Tak lekang oleh jaman, tak pupus oleh waktu.. Hingga tua menjelang, hingga maut memisahkan..


Monday, April 13, 2015

Saat Anda Tahu Tak Mampu jadi SEMPURNA

Memang benar ya..saat diet itu saat paling emosian dan paling kritis karena otak tak dapat diajak untuk berpikir...hhehehe... Seperti saat ini, keinginan menulis sebenarnya kuat sekali namun otak tak dapat diajak serius sebab perut sedang keroncongan... kriookk...kriiookk...not kriuukk..kriuukk yah...hhahahaa...

Anyway, awalnya berniat untuk berbagi tentang pengalaman saat Pdt.Erastus Sabdono memberikan "speech"nya di acara Paskah minggu lalu hari Jumat di kantor saya. Bahwa kematian adalah keuntungan bagiku dan aku bersyukur sudah mencapai garis finish (saya lupa ayatnya itu di Injil apa).. Tapi, saya menemukan in line nya dengan buku Rick Warren yang pernah saya baca dulu kala,"The Purpose Driven of Life".. bahwa kehidupan di dunia ini sungguh tidak nyaman dan tidak enak. Kehidupan kekal dan bahagia adalah bersama Bapa di Surga.

Lalu bagaimana supaya kita merasa hidup enak dan bahagia? Persiapkan hari - harimu yang jahat dan singkat ini dengan menjadi "SEMPURNA"seperti Bapa di Surga. Sungguh sulit ya? menjadi SEMPURNA.. Bahkan sudah belajar untuk tidak emosian seperti di atas aja masih kurang dari sempurna.. Menjadi ibu rumah tangga yang bisa melayani suami dan di saat bersamaan "menyayangi dan mengasihi anak -anak".. em.. saya beri tanda petik karena maksud saya adalah tidak marah saat Ceza lama mengerjakan tugas, tidak marah saat adek ngeles berlama - lama pakai baju.. em... tidak marah saat di kereta tumpuk - tumpukan..em.. ouch.. nambah banyak ke TIDAKSEMPURNA an saya...

Itu sebab, saya ingin berbagi.. Saya toh manusia.. Lalu saya tidak akan pernah SEMPURNA, donk... Ini saya tidak bisa beri jawab, sebab ada YESUS yang menyempurnakan saya.. Dia datang ke dunia karena kasihNYA yang begitus besar sehingga DIA merelakan ANAK NYA yang Tunggal supaya Setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA Tidak Binasa melainkan Beroleh HIDUP yang KEKAL.
Hm... terdengar masuk akal yet sedikit out of Logic... But, Take it for Granted kalau menurut saya ya... Karena Konsep TRI TUNGGAL pun tak dapat dipahami akal... Tapi, Terima lah.. Terima... Terima Berkat Tuhan setiap saat...

So, terdengar tidak seperti sedang kriukk kriukk ya perut saya dengan tulisan di atas... hhehehhee.e...
Anyway,saya cukupkan dulu... 
Blessed You...

Sunday, March 29, 2015

Tak perlu takut

Rasanya perlu untuk menuliskan rasa ini.. Ditambah setelah meninggalnya Om Frans Tumbuan dan Olga Syahputra dan bapak temanku saat SMA dulu.. Yang aku rasa adalah "ketakutan".. Rasanya belum siap untuk pergi..tapi mungkin memang tak akan pernah siap... Yaa.. Sama seperti kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya akan seperti pencuri.. tiba - tiba tanpa diketahui.

Hm.. Suami sih tahu bahwa aku terlalu takut. Setiap dia akan naik pesawat keluar kota maka aku tak henti - hentinya meminta dia berdoa sebelum naik pesawat hingga pesawat tiba.. "Di mana saja orang bisa mati,Mi.."hardiknya..

Iya, MATI. Kata yang terdengar sangat menakutkan. Mati jiwa, mati raga, mati persaudaraan, mati kehidupannya. Putus. Sendiri. Yang terakhir, temanku di FB pernah berkomentar sesuai pengalamannya sendiri, betapa tak sanggup untuk kembali ke suasana itu.

Tapi, selanjutnya ?? Bertemu Bapa di Surga. Hal yang paling dinantikan bagi orang Kristen. Hidup abadi di Surga. Buku Rick Warren, Purpose Driven of Life menekankan bahwa hidup di dunia ini sungguh tidak menyenangkan dan menyebutkan bahwa kembali ke rumah Bapa di Surga adalah lebih menguntungkan. Ada buku yang menggambarkan bahwa kehidupan di surga itu penuh puji - pujian, perasaan bahagia, tidak ada kesedihan, semuanya indah.

Lalu, kenapa aku mesti takut ya? Jika digambarkan bahwa kembali ke Bapa itu demikian indah ? Terpenting adalah aku harus hidup dengan "Purpose".. melayani Bapa di dunia.. 

Iya, keinginan melayani sudah lama sekali aku pendam,menjadi guru sekolah minggu. Sempat memulai di Bandung,lalu patah karena harus pindah ke Depok, kuliah. Aku akan menjajakinya di Sini... Demi keBahagiaan di Surga.

Monday, March 9, 2015

Karakter Anak (Part 2)

Setelah mengerti tentang karakter anak saatnya kita belajar bagaimana menanamkan karkter yang baik pada anak. Sebuah artikel di Harian Nasional (7 Januari 2015) mencatat bahwa menanamkan karakter pada anak dilakukan sejak anak berusia 0 bulan. Secara perlahan dan bertahap anak dikenalkan pada etika - etika dan aturan - aturan sehingga menjadi kebiasaan dan berakhir pada pembentukan karakter yang baik.

Usia 0 - 18 bulan
Hubungan yang berkualitas dengan anak dijalin dengan cepat menyusui anak saat lapar atau bermain bersama. Kepekaan orangtua pada kebutuhan anak akan menimbulkan rasa nyaman, percaya diri dan peka pada kebutuhan orang lain. Jika tidak demikian, anak akan mudah curiga, tidak nyaman dan kurang memiliki rasa percaya diri.

Usia 18 bulan - 3 tahun
Anak pada rentang usia ini belum mengetahui bahwa perbuatannya benar atau salah. Anak tidak mengetahui juga perbuatan yang dilarang dan yang boleh dilakukan. Sebaiknya orang tua aktif dalam memberi tahu koneskuensi jika melanggar aturan. Saat bersamaan anak belajar mematuhi orang tua dan norma.

Usia 3 - 6 tahun
DI usia ini anak mulai menjiwai nilai keluarga serta akibat perbuatannya. Anak akan berpikir ulang bila akan menyakiti orang di sekitarnya. Dalam tahap ini orang tua wajib lebih konsisten dan memusatkan perhatian penuh dalam memberikan contoh dan menerapkan norma diantaranya sebagai berikut:

1.Menegakkan disiplin
Mengenalkan tanggung jawab penting sekaligus menerapkan aturan di lingkungan rumah. Mengajarkan anak merapikan alat bermain setelah bermain merupakan bentuk sederhana tanggung jawab di rumah, berdoa rutin merupakan bentuk awal disiplin bagi anak. 
Akan tetapi bentuk kedisiplinan bukan berarti membolehkan kekerasan pada anak. Patut diingat, orangtua juga tidak boleh tampak lemah atau acuh yang akan menghasilkan sikap abai anak pada peraturan.

2. Selalu terlibat dalam membangun karakter anak
Setiap saat adalah waktu menerapkan aturan kepada anak. Memperbolehkan anak absen sehari saja membereskan mainan dengan alasan anak ngantuk akan menimbulkan kebingungan dalam diri anak. Akibatnya anak berpeluang melakukan hal di luar ajaran yang sudah ditetapkan.

3. Menjadi teladan dan contoh yang baik bagi anak
Sebagai peniru,anak akan memperhatikan setiap tingkah laku orang tua sehari - sehari. Sehingga, orang tua harus sadar akan setiap kata dan perbuatan yang diucapkan sehari - hari. Orang tua pun wajib menunjukkan pribadi yang ramah, positif dan sepenuhnya mampu mengendalikan diri. Saat berinteraksi dengan anak, tunjukkan pribadi yang hangat, penuh penghargaan, penuh cinta dan berpengertian. 
Ajak anak untuk berpikir tentang perbuatan yang harus dilakukan, terutama bila menyangkut kehidupannya. Pilihan yang diambil akan menunjukkan seberapa besar ajaran dan nilai keluarga yang mempengaruhinya.

4. Menumbuhkan nilai keutamaan pada anak
Orang tua mulai bisa menjelaskan dampak baik dan buruk serta perbuatan yang sebaiknya dilakukan anak. Bila anak melakukan perbuatan sesuai ajaran berikan penghargaan, sebaiknya bukan berupa materi. Bisa dengan memeluknya, melakukan "hi-five"atau melompat bersama. Jika sebaliknya, jangan ragu memberi hukuman. Saya biasa menyuruh anak berdiri di pojok ruangan selama kurang lebih 5 hingga 10 menit saat adek berteriak dan merebut buku kakaknya yang sedang belajar.

Penanaman karakter dapat juga dilakukan dengan membacakan buku cerita atau dongeng positif yang sederhana. Makin sering rangsangan diberikan maka nilai moral semakin mudah melekat dalam ingatan anak.

Wednesday, January 14, 2015

Karakter Anak (Part 1)

Ancaman terhadap pembentukan karakter anak adalah hal penting untuk dihadapi menurut saya di tengah gempuran kemajuan teknologi sekarang. Terbayang banyaknya kasus pembunuhan dan bunuh diri di keluarga, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebagainya. Impian karakter muda yang jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin dan mampu menjadi teladan terancam gagal terwujud.
 
Menurut seorang pakar psikolog, Tika Bisono, degradasi karakter generasi muda tak lepas dari pola konsumtif yang diajarkan sejak dini. Mudah sekali mengeluarkan uang untuk memenuhi permintaan anak, keluarga minim menanamkan nilai moral dan pekerti. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman akan visi dan misi membangun sebuah keluarga. Pasangan berumah tangga jadi tidak mengetahui bagaimana mendidik anak. Akibatnya ketahanan keluarga menjadi rapuh dan gampang sekali terjadi pertengkaran dan KDRT.
 
Padahal keluarga adalah tempat pertama anak mencontoh pola dan corak perkembangan konsep diri anak. Hubungan ayah dan ibu menjadi model anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Di sinilah letak yang menentukan kualitas bangsa. Kualitas manusia yang baik tentu bangsanya akan maju.
 
Penting menyadari bahwa pasangan yang menikah harus menanamkan nilai keluarga untuk menciptakan pribadi anak yang berkualitas. Perlu bagi pasangan untuk bertukar pikiran mengenai visi dan misi keluarga. Semakin jelas konsep nilai keluarga yang diwariskan pada anak maka semakin mudah orangtua mendidik dan mengasuh buah hatinya. Membangun keluarga bukan tanpa masalah namun ketika orangtua sudah sepakat dengan konsep membesarkan anak, paparan negatif pada anak akan mudah disaring.
 
Penting pula mengajarkan anak konsep rohani, keberadaan Tuhan sebagai penolong dan sesama sebagai penolong pula. Dengan menanamkan kasih maka anak pun terbiasa untuk mengasihi sesama dan Tuhan. Sehingga, terbangun kualitas hidup anak yang baik.