Monday, November 21, 2016

Bukan Batuk Biasa

Batuk parah yang dialami anak pertama saya mengilhami tulisan berikut ini. Sudah seminggu ini Kakak dalam kondisi batuk berdahak dan tidak enak badan. Segala obat sudah diminum, mulai dari obat batuk sampai obat batuk yang mengandung expectorant apalah.


Kebetulan berita hari ini di Investor Daily membuat saya melek. Ternyata, di Indonesia pneumonia masih menjadi penyebab utama kematian balita selain diare. Parahnya, 99% kematian akibat pneumonia anak berasal dari negara berkembang. Di negara maju, pneumonia banyak disebabkan oleh virus, sedangkan di negara berkembang banyak disebabkan oleh bakteri.


Risiko pneumonia dapat muncul akibat asupan ASI eksklusif yang kurang, gizi buruk yang berdampak pada daya tahan tubuh, tidak mendapatkan imunisasi, berat badan lahir rendah, dan paparan polusi dalam rumah seperti merokok, asap tungku dapur dan kepadatan penduduk dalam rumah.


Dijelaskan lebih lanjut, ada lima langkah sederhana untuk mencegah pneumonia yaitu pemberian ASI ekslusif, ventilasi rumah yang baik, cucui tangan pakai sabun, minum air bersih dan matang serta sanitasi yang baik, dan gizi yang cukup dan seimbang.


Tapi, bicara panjang lebar apa sih pneumonia itu? Pneumonia adalah penyakit infeksi jaringan paru. Ada peradangan pada paru yang mengakibatkan tertimbunnya eksudat di paru-paru. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pertukaran gas. Kuman penyebab pneumonia masuk ke jaringan paru melalui pernapasan, aspirasi kuman di tenggorokan, melalui aliran pembuluh darah, langsung dari infeksi dekat paru - paru atau trauma menusuk paru.


Bagaimana kita mengetahui kalau anak kita terkena pneumonia atau tidak ? Caranya dengan menghitung napas anak ketika sedang tidur. Patokannya kira - kira, untuk umur dibawah dua tahun 60 kali permenit, umur 2 kurang dari 12 bulan sebanyak 50 kali per menti, sedangkan umur 12 - 59 bulan sebanyak 40 kali per menit. 


Yang utama adalah kita wajib mencegah terjadinya pneumonia dengan memberikan imunisasi lengkap sesuai anjuran Kementerian Kesehatan, yaitu imunisasi wajib seperti campak dan DPT (terutama pertusis). Vaksin pneumonia seperti Hib dan PCV juga mempunyai daya proteksi tinggi untuk pneumonia. Vaksin PCV diberikan 3 kali pada usia bayi 2, 4, 6 bulan dan diulang di usia 12-15 bulan.


Tak ingin batuk kakak berlanjut parah, saya sudah membawanya kontrol kemarin sore. Dokter menyarankan obat untuk mengencerkan dahak karena tidak terdapat indikasi pneumonia di paru - parunya. Yang pasti, menjaga kebersihan rumah, tempat tidur dan terutama tempat bermain wajib dilakukan. Ditambah menjaga kebersihan diri dan makanan yang diasup anak sangat penting.


Disadur dari harian Investor Daily, 22 November 2016, "Pneumonia, Salah Satu Penyebab Kematian Balita."


Thursday, November 17, 2016

Bagaimana SMARTPHONE Menginspirasi Hidup - ku

Hidupku

Beginilah kegiatan kami setiap ada kesempatan...haahaa..Iya..swafoto alias selfie. Sayang yaa, hasil foto di atas kurang maksimal. Itu sebelum aku tahu ada kamera besutan negeri ginseng Seri J.


Coba dulu aku pakai Samsung Galaxy Seri J. Dengan kamera belakang 13 MP dan kamera depan 5 MP hasil resolusi gambarnya sampai 4128 x 3096 pixels ternyata. Ditambah lagi dia punya fitur LED flash, autofocus dan face detection. Dijamin wajah papa dan adek tidak bakalan kabur seperti di atas.


Tapi, sebagai ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga, kebutuhan smartphone buat aku bukan hanya untuk selfie tok. Aku seringkali harus mencatat hasil rapat sampai ide buat menulis di blog di buku. Sepertinya fitur Note yang ada di gadget ini akan sangat memudahkan, buku agenda yang tebal itu tidak perlu ditenteng - tenteng lagi yaa


Dengan ukuran layar seluas 5,5 inci, aku akan lebih leluasa melakukan navigasi di layar handphone, apalagi dengan jempol yang seukuran ubi talas ini..hehehee… Ukuran resolusinya yang 720 x 1280 pixels dengan kerapatan piksel 264 ppi, layar tampak lebih jernih dan tajam tentunya.


www.samsung.com

Jangan kuatir kita mati gaya jika kehabisan baterai. Biasanya aku suka lupa foto- foto, tulis – tulis eeh baterai habis. Penyelamatnya adalah Ultra Power Saving Mode. Fungsi ini akan menutup semua aplikasi yang tidak dibutuhkan sementara masih dapat menerima panggilan telepon walaupun daya sedang collaps. Menurutku, Itulah salah satu alasan kenapa disebut smartphone.


Selama bekerja biasanya aku rutin mengawasi anak – anak melalui telepon ART alias Asisten Rumah Tangga. ART jaman sekarang kartu prabayarnya pasti berbeda dengan saya.  Saya tidak perlu repot lagi membeli telepon genggam baru karena Samsung Seri J ini menyediakan dua buah slot kartu GSM. So, saya flexibel buat nelfon siapa saja.


Ini yang paling saya sukai..yaitu upload foto hasil masakan saya...Tak perlu kuatir jaringan lemot, smartphone ini mendukung akses internet super cepat 4G LTE dan 3G HSDPA. Juga masih mengakomodir jaringan GPRS dan EDGE jika kita sedang berada di luar area 4G atau 3G.


Dengan segudang aktivitas tersebut, tidak perlu panik dengan kemampuan penyimpanan. Kapasitas internal 16 GB plus slot untuk menyimpan eksternal micro SD mampu menyimpan hingga kapasitas 128 GB. So, segala aplikasi atau video rekaman bahkan video film tak perlu khawatir jika ingin disimpan.


Saat weekend membawa anak – anak wisata seringkali disediakan area hotspot yang nyaman. Langsung saja gunakan fitur Wifi - nya. Bahkan kita dapat berbagi koneksi internet dengan memanfaatkan fitur teethering. Lebih canggih lagi, fitur Wifi-nya bisa digunakan buat transfer data dengan yang namanya Wifi – direct.


Walau sudah canggih sekali, fitur J Series tetap menempelkan fitur bluetooh tapi versi terbaru, Versi 4. Urusan transfer – transferan data pun dapat dilakukan lebih cepat tanpa memboroskan daya.


Kurang canggih apa lagi smartphone seri J ini? Ini yang tak kalah penting buat “mommies hebring” yaitu kemampuan membaca data dari flashdisk dengan menggunakan USB OTG. Tinggal sambungkan dengan flash disk atau hardisk external, para ibu bekerja bisa langsung melanjutkan tugas kantornya di mana saja.

www.samsung.com

Fitur radio atau recording bisa bisa mengisi kebosanan di kereta. Frekuensi gelombang radio yang ditangkap kencang sekali sehingga tidak ada kresek..kresek..saat mendengarkan RoTi di salah satu stasiun radio swasta itu.


Waahh.. dari A sampai Z kehidupanku ternyata selalu berhubungan dengan fitur – fitur smartphone ya. Beruntung sekali jika nanti aku mendapatkan Samsung Seri J ini. Baik Seri J5 maupun J7 sama canggihnya, hanya beda di harga.


Sekarang aku tinggal nentuin nih mau milih warna hitam atau putih. Tapi sepertinya sudah jamak deh warna itu, kali ini mau coba warna yang agak berbeda ah.. Warna emas sepertinya bakal eye – catching.





Tuesday, November 15, 2016

Sibling Rivalry yang Tak Pernah Usai

Kalau kita cari di mesin google, tulisan "Kakak cemburu pada Adik baru" lebih banyak daripada tulisan mengenai "Adik yang cemburu sama Kakak".. heh... Yup, sekarang itu pergumulan saya dan suami di rumah.

Ini yang dinamakan "sibling rivalry". Ternyata studi literatur tentang ini sudah banyak sekali. Salah satu contohnya dapat dibaca di sini 

http://lib.unnes.ac.id/18553/1/1550408066.pdf


Waktu bertemu dengan kedua putri yang sangat minim (malam hingga pagi dan weekend) mengakibatkan "sepertinya" yaa.. Adek selalu berusaha mencari perhatian pada saya dan papanya. Contohnya, setiap malam saya memeriksa pe - er Sang Kakak, sepanjang waktu itu, Adek selalu berusaha nunjukin juga kalau dia juga punya tugas dari sekolah. hmm...soal sekolah, ini ada cerita lagi nanti. 

Contoh lain lagi, Kakak selalu cerita hal - hal yang dianggapnya seru di sekolahnya, setiap kali itu pula Adek ikutan menyela. Sampai - sampai saya berlagak seolah - olah mendengarkan mereka berdua, kepala saya putar ke kiri lalu kanan, lalu ke kiri lalu ke kana sampai keduanya berhenti bicara. Capekk...

Seringkali pula Adek tidak sabar pada kakaknya atau seolah - olah meniru gaya teman lelakinya di sekolah, lalu tiba - tiba kakinya menendang kakaknya karena dia tidak puas. Bukan cuman sekali dua kali adek kesal dan berteriak sekencang - kencangnya pada kakaknya, terutama jika rebutan nonton film,"The Sound Of Music" di laptop. Sepanjang itu, Kakak berusaha sabar dan memilih mengalah. Tapi, ada saat Kakak sudah tidak sabar dan menjadi marah pada Adek, akhirnya berantem. Haduhh...riuh lah rumah kita.

Faktor sekolah Adek yang hanya dekat rumah dan tidak naik jemputan sedikit banyak berpengaruh pada prilakunya. Sebelumnya Adek bersekolah di Yayasan yang sama dengan SD kakak sekarang. Sebab sesuatu hal, kami menunda Adek lanjut TK di sana. Kami menyekolahkan Adek di dekat rumah saja dan jam belajarnya hanya 3 kali seminggu selama satu jam. Transportasi yang digunakan pun hanya angkot, ditemani pengasuhnya atau kalau saya dan papanya lagi off.

Beberapa kali Adek memang mengeluh,"Di sekolahku hanya aku yang berdoanya seperti ini, yang lain beda." 


Atau,"Aku mau naik jemputan juga bareng Kakak ya,Mi ?" 


Atau,"Aku maunya sekolah di tempat kakak,Mi." 


Atau,"Kapan aku sekolah di tempat kakak, Mi ?"


Aku menjawabnya,"Sabar ya Dek..Mami daftarin Adek dulu ya, baru kita bisa sekolah di sana ya." 


Hasil diskusi saya dan suami, kita akan berusaha adil pada Kakak dan Adik. Jika saya menemani Kakak belajar, sedapat mungkin Papa mendampingi Adek bermain atau menyelesaikan pe - per ala - ala -nya. Adek setiap kali ingin dibuatin pe - er tambah - tambahan kadang malah perkalian. Padahal dia baru 5 tahun. Makanya, dibikinin pe - er ala- ala

Terlibat bermain bersama


Memberikan pujian kepada Adek lebih sering daripada Kakak yang sudah kelas 3 SD dan pencapaiannya yang terlihat jelas lewat nilai - nilai di sekolah. "Adek keren udah bisa perkalian ya, Kak," sambil meminta persetujuan Kakak. Melibatkan Kakak untuk beberapa hal sangat membantu, sebab Adek merasa semua orang memperhatikannya, dan penting juga buat Kakak untuk tahu bahwa Sang Adek masih kecil dengan kemampuan yang masih jauh di belakang Kakak. Jadi, Kakak dimohonkan untuk lebih lebih panjang sabar.

Berusaha ikut bermain dengan Adek, pura - pura menjadi petugas kasir saat Adek menjadi orang yang sedang belanja membawa keranjang tentengannnya. Adek seringkali bermain pura - pura belanja, pura - pura masak atau pura - pura merawat orang sakit dengan mainannya. Saya dan Kakak ikut terlibat menjadi pasiennya atau yang membantu mengaduk olahan kuenya. Demi supaya Adek tidak merasa ditinggal sendiri.


Setiap Adek bangun tidur, selalu mau nya dikelonin, di usap - usap punggungnya. Saat itu Sang Kakak sedang bersiap - siap berangkat sekolah, saya membantunya menyiapkan keperluan sekolahnya. Pembagian tugas ini naturally kami lakukan supaya sang Adek tidak merasa di-cuek-in dan tidak menjadi cemburu.


Sedapat mungkin saya mengurangi barang- barang warisan Kakak ke Adek. Untuk pakaian dan sepatu bolehlah, tapi untuk alat - alat tulis saya berusaha mencari yang baru buat Adek. Saya ibaratkan seperti hadiah karena Adek sudah makan sayur dan patuh pada Kakak pengasuhnya. Adek senang sekali karena hanya dia yang mendapatkan hadiah. Padahal, saya juga sudah menyiapkan sesuatu yang baru buat Kakak tapi memberikannya secara diam - diam. Cara ini cukup efektif untuk mengurangi tantrum Sang Adek.


Untuk beberapa kejadian, saya berusaha sangat untuk meredam emosi, sebab ini yang paling susah. Di saat tubuh lelah, tiba di rumah malah disambut dengan teriakan Adek dan Kakak yang kesal. Saya biasanya melihat dulu, apakah mereka bisa menyelesaikan masalah sendiri, "Kakak dan Adek hanya berdua di rumah, tidak ada anak lain, harus saling "share". Sekarang, Mami mau lihat kalian berdua yang selesai-in sendiri. Kalau nanti selesai mandi masih rebutan juga, terpaksa laptopnya Mami sita."
Saya dengar dari dapur Kakak yang membujuk Adek,"Habis Adek nonton Kakak nonton ya.."


Sepertinya, cukup berhasil.. Mereka diam untuk sesaat. Tapi, tidak berapa lama kemudian, Adek kesal karena giliran Kakak yang nonton. Waahh...Adek langsung teriak lagi.


Kalau sudah seperti itu, kekuatan "Berdiri di Pojok" menjadi andalan. Keduanya saya hukum berdiri di pojok pintu sampai 5 atau 10 menit. Mereka diam. Lalu sejenak lupa sama pertengkarannya. Setelah kembali duduk, tenang beberapa saat sampai waktunya tidur, kalau lagi beruntung. Ada kalanya juga, mereka kembali berantam... haduhh...


Pokoknya, sampai Adek menginjak bangku sekolah formal, kegiatan ini akan terus berulang - berulang lagi. Tak apalah, Kakak juga seiring bertambah usia mudah - mudahan semakin tambah mengerti. Saya dan Papanya pun semakin diuji dan diuji untuk panjang sabar dan panjang doa buat tumbuh kembang kedua putri kami ini.


Jangan tinggalkan Bogor sebelum Nyusu di Momo Milk Barn

Kali pertama ke Momo Milk Barn, karena melihat warungnya rame sekali dan kebetulan langsung dapat tempat buat parkir. Kita selesai berenang di Vila Duta dan pengen santai - santai sejenak sebelum pulang kembali ke Depok. 

Pelayan menawarkan menu minuman susu hingga makanan berat . Akhirnya kita putuskan untuk tinggal sejenak dan memilih lokasi ruangan yang non- AC. Tujuannya sih supaya tidak antri terlalu lama dan anak - anak juga bisa bebas jalan sana - sini.

Kafe yang sering disebut lumbung ini tidak pernah sepi sepertinya, mungkin karena dekorasinya yang menarik. Sebelumnya warung ini berlokasi di Taman Kencana lalu pindah ke Jl Kantor Pos, Baranangsiang, Bogor. Persis di belakang Gramedia Jl Pajajaran. 

Sepanjang tidak ramai, pengunjung diperbolehkan memilih lokasi, tersedia pilihan kursi sofa di ujung paling belakang dan bangku kayu di ruangan ber - AC dan non - AC. Dapur masak lokasinya di pojok belakang sebelah kanan dan toilet ada di pojok belakang sebelah kiri. Tapi kalau sedang ramai, kita terpaksa ikut antri deh.

Halaman tengah kafe ini sungguh sangat menggoda buat Kakak dan Adek, mereka langsung berlari menuju ke lapangan rumput. Semakin penasaran dengan sumur beratap dan sepeda yang dipajang di tengah halaman. Pengunjung juga diperkenankan untuk berfoto di tengah halaman.

Halaman rumput di tengah lumbung menggoda sekali buat anak - anak

Tersedia menu dari makanan utama seperti spagheti, burger bahkan nasi goreng hingga makanan ringan seperti roti bakar dan kentang goreng. Tapi, ciri khas nya adalah semua minuman mengandung susu. Pilihan tersedia mulai dari milkshake, smothies, juice sampai yoghurt. Papa paling suka dengan susu pisang kopi. Bisa nambah sampai 3 gelas. 

Sepertinya, jenis gelas membedakan jenis minuman. Jika memesan milshake, gelas yang digunakan ramping, jika memesan yoghurt gelas yang digunakan agak sedikit gemuk. Kita naksir banget dengan gelasnya tapi sayang tidak bisa dibawa pulang.. hehehee...

Setiap pelayan mengantarkan pesanan, mereka akan berteriak, "Susuuu..", lalu disambut dengan,"Mooo..." oleh petugas lainnya. Akibatnya, saya dan anak - anak ikut - ikutan menjawab mooo... latah... hahahaa...

Dekorasi ruangan yang artistik dan cozy membuat kami betah di sana. Kalau tidak ingat harus pulang sih pengen lebih lama santai - santainya. Oh ya, jika beruntung terkadang sprikler irigation di semua atap dinyalain, kita bisa melihat seperti turun hujan dari atap. Jadi, pas lihat ada air turun dari atap, kita kirain itu hujan tapi pas dilihat ditengah halaman gak ada tetesan air hujannya. Ooo.. ternyata itu sprinkler irigationnya yang sedang dinyalain. Mungkin buat menciptakan suasana adem di dalam lumbung susu ini. Itulah kenapa disebut Momo Milk Barn. Sebab bentuknya seperti barn atau lumbung.

Jenis gelas membedakan jenis minuman kami

Berikut peta lokasinya 




Wednesday, June 15, 2016

Sabar di Kereta

"Tolong pegangin tangan saya," teriak ibu berbaju biru yang naik dari Stasiun Lenteng Agung dan berusaha keras mendorong supaya dapat masuk ke dalam kereta tujuan Jakarta Kota. Untung ada yang bersedia membantu memegang tangannya. Dengan susah payah Ibu berbaju biru itu mendorong kerumunan penumpang lainnya. Luar biasa, dia mampu masuk ke dalam kereta, pintu kereta pun tertutup sempurna. 

Tiba - tiba ada yang menegurku,"Bu, tolong tasnya.. Saya terjepit." Aku tahu Ibu yang ukurannya agak kecil ini (maaf) baru saja naik dari Stasiun Lenteng Agung. Dengan sedikit emosi aku menjawab,"Maksudnya gimana,Bu..? Emang keretanya penuh,"
"Saya biasa naruh tas saya di bawah kaki,jadi tidak mengganggu orang.." ujarnya keras.
"Ibu gak tahu aja, naruh tas di bawah nge dorong - dorong kaki orang lain juga.." jawabku.
Aku acuh pada Ibu itu, tahu dari ujung mataku beberapa ibu memperhatikanku dengan seksama dan si Ibu yang menegur itu tidak membalas lagi.

Haaloo...??? Ini kereta, gerbong wanita pula. Siapa saja bisa ngomong apa saja. Ditambah isinya sesama wanita, pasti tahulah.."mulut nya lebih tajam dan garang"..hehehee.. Diusik sedikit saja waahh.. bisa sampe ke Irian sana komentarnya.

Tapi, selain itu juga, aku ingat pesen suamiku,"Di kereta itu semua bisa sesukanya. Kalo kita lengah, kita yang kalah. Jangan tunjukin muka "nerima", orang bisa - bisa semakin ngerjainlah.."

Karena memang benar, orang tuh selalu berusaha mendorong. Sementara kalo kita lemah dan terima aja, kita akan semakin terdorong dan semakin keinjak - injak. Persaingannya ketat man.

Ada cerita dari teman lagi,dia selalu pakai sendal. Kalo di injak sama penumpang lain, dia bilang,"Injak lagi lah".hahahaaa... Seram yaa...

Mengingat ini bulan puasa, bulan dimana seharunya orang lebih panjang sabar dan lebih ingat Ibadah, gak ada tuh yang menerapkannya di kereta.. hahahaa.. ato bahkan di jalan raya. Motor - motor dan mobil - mobil tetap saja saling kebut - kebutan.

Semestinya, tiap - tiap ada yang mendorong terus kita merasa terusik, kita ingat,"Oh iya..lagi puasa...harus sabar.." Karena saat kita sabar, ada kok balasannya nanti. Karma itu pastilah akan ada. Tinggal kita tunggu dan sabar aja kapan terjadinya. heheheee...

Wednesday, May 25, 2016

Almost Mid Year

Ternyata sudah cukup lama saya tidak memposting tulisan.. Hm.. apa saya sesibuk itu sampai - sampai tidak punya waktu untuk menulis ya... Wajar sih mengingat target kerja saya sekarang lumayan besar, belon termasuk pekerjaan ad hoc...ffuhh...

Selama satu minggu terakhir ini saya bergumul untuk menulis... menulis dan menulis.. Serasa dipanggil, begituu.. (*logat Cheryl yang ala - ala Syahrini).. hehehee... 
Bener.... Ingin sekali mendapatkan pekerjaan menulis tapi agak tidak percaya diri untuk mengirimkan tulisan ke media - media atau bahkan ke lowongan - lowongan pekerjaan yang membutuhkan penulis lepas. Belum membaca komentar di beberapa posting - an tentang lowongan pekerjaan menulis. Semakin menciutlah nyali saya. 

Padahal, menjadi kontributor penulis tetap di majalan internal instansi bukan merupakan waktu yang singkat dan pekerjaan abal - abal ya.. Hampir setiap bulan saya bertugas melakukan wawancara dengan beberapa tokoh penting di instansi saya, lalu menuangkan nya dalam tulisan berupa artikel. Terkadang pula, saya bertugas dalam menulis artikel ringan seperti gaya hidup, kesehatan dan humaniora lainnya. Yaa.. sejak tahun 2014 hingga saat ini. Kalau ditanya mana portfolio apalagi.. Tulisan saya sudah dituangkan dalam sebuah majalah yang diterbitkan rutin setiap bulan.

Jika salah satu persyaratan meminta kemampuan menulis EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).. waduh... bahkan menulis saat ini pun, saya tetap memikirkan EYD nya. Semua karena latihan setiap hari dalam membuat laporan tertulis di kantor selalu menggunakan EYD. Apa laporan saya juga dapat dikatakan portofolia saya ya... Hmm.. saya menjadi semakin percaya diri.. "sedikiitt... tapi"..hehehee..

Tapi, jelas keinginan yang membuncah ini bukan saja didasarkan karena saya membutuhkan "piti-piti" (*meminjam istilah teman saya), tapi juga karena saya senang menulis. Saya senang menggunakan kata - kata lalu melantunkannya menjadi sebuah kalimat. Jika kalimat itu terasa tepat dan efektif, selalu terngiang - ngiang di pikiran saya. Contohnya, " Lagu itu selalu lamat - lamat terdengar di telinga saya, selain karena Adek selalu menyanyikannya setiap hari.. Lagu itu adalah lagu kenangan saya dengan suami. Saat pertama kali berkenalan di masa kuliah dulu..Penyanyinya, "Tasya" mendendangkan lagu tentang liburan.." Indah kedengarannya.

Perkembangan kosa kata putri kedua kami yang sering dipanggil Adek menyegarkan ingatan saya setiap hari tentang kemampuan verbal. Seperti pepatah,"ala bisa karena biasa". Maka, jika tanpa latihan menulis, kemampuan menulis saya pasti akan mandek, seperti berjalan di tempat. Kewajiban menyetorkan tulisan setiap bulan membantu perkembangan kemampuan menulis dan kemampuan kosa kata saya juga. 

Membaca novel minimal 3 dalam sebulan itu juga target saya yang banyak sekali membantu kemampuan menulis saya. Mostly sih memang novel - novel romantis dan ringan, rasanya sudah lelah bekerja lalu membaca novel- novel berat... kok malah bukan refreshing ya nantinya... hahahaa.. Saya punya novel Eka Kurniawan yang sampe sekarang belon selesai bahkan Bab I.. hahahaha...

Kewajiban menulis menggunakan minimal 500 kata untuk sebuah artikel..well..ini saja sudah hampir 500 bahkan baru pembukaan.. Anyway. ingin sekali menulis menulis dan menulis setiap hari.. Saya akan tetap semangat mencari peluang mencari peluang dan mencari peluang..

Wednesday, January 6, 2016

Kuatir di Tahun Baru ?? No Way...

Saat tahun baru menjelang, apa pertanyaan yang sering kita dengar? Pastilah begini,"Apa resolusi anda tahun depan?" atau "Sudah punya rencana apa di tahun berikut?"

Terlalu sering bahkan kita sampai lupa untuk menyiapkan sebuah rencana mengisi tahun depan dengan apa. Berdoa di saat pergantian tahun sih pastilah, berdoa untuk sesuatu yang lebih baik, berdoa untuk keadaan negara yang lebih damai. Walaupun pada kenyataannya, baru empat hari tahun 2016 dilewati berita tentang kemiskinan, kesenjangan si kaya dan si miskin, perekonomian negara melambat sudah wira - wiri di media lokal.. Tapi, ah.. tak usah berpusing-pusing, biarkan Yang Di Atas Bekerja.

Itu pula prinsip yang saya pelajari dari teman - teman sekantor saya. Saya salut mereka bisa menerapkan tidur siang setiap hari selama kurang lebih 20 menit. Setelah makan siang, mereka ambil waktu tidur di bangku lalu menutup muka dengan jaket atau bantal. Sementara saya sulit sekali tidur siang. Saran mereka, "pikiran dikosongin, Mba, tutup mata... Lalu... sedetik kemudian.. kita sudah di alam mimpi." Waahh... mudah sekali ya... "Mba mesti mengkuatirkan segala hal," komentar mereka suatu kali.

Lha, semua juga kuatir yaa.. Kuatir anak di sekolah di-bully, kuatir di perjalanan ada bahaya, kuatir anggota keluarga misal jatuh sakit, kuatir suami selama di pekerjaan, sampe kuatir soal kondisi keuangan keluarga. Dan.. banyak hal lain lagi yang tidak cukup untuk disebutkan satu per satu.

"Lantas, kalo sudah kuatir apa, Mi?" pertanyaan suami saya menggema. Suami saya selalu bisa tidur dengan mudahnya di malam hari, sementara saya agak sulit memulai tidur dan selalu terjaga di tengah malam. "Yaa... saya juga gak bisa ngapa - ngapain, pa.." jawab saya pasrah. "Nah, kalo begitu ya sudah biarkan saja. Pasrahkan saja pada Yang Di Atas."
Kembali saya diingatkan untuk Pasrah pada yang Di Atas.

Beberapa hari yang lalu, adek saya menelefon mengabarkan kondisi keuangannya mungkin akan terganggu. Institusi tempat suaminya bekerja mungkin akan mengurangi penghasilan tambahan karena dianggap kinerjanya kurang bagus di tahun sebelumnya. Adek saya belum mengeluh tapi sudah mengkhawatirkan kondisi rumah tangga mereka bulan - bulan berikutnya. Saya tidak mampu berkata banyak selain mendengarkan. Tapi, di penghujung telepon saya mengingatkan masih banyak hal yang perlu di syukuri ketimbang di khawatirkan. Masih banyak hal pekerjaan yang perlu kita selesaikan ketimbang ngedumel dan menggerutu. Sembari bekerja kita diberi semangat oleh Yang Kuasa, diberi tambahan pengetahuan, diberi tambahan keberanian. Malah, kita tidak punya waktu dan bisa jadi lupa untuk berkeluh kesah.

Sebab, saya ingat sekali lagu yang dinyanyikan oleh Yehuda Singers, "Mengapa kau gelisah jiwaku.. Mengapa kau tertekan dalam hidupmu.. Ingatlah pada Tuhan Selalu..Berharap pada Allah.. Aku bersyukur lagi padaNYA.."

Dan ternyata itu bukan sekedar lagu tapi pujian Raja Daud di kitab Mazmur 42 :4-5,bunyinya begini ....

"Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah - gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak - sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang - orang yang mengadakan perayaan. Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada - Nya, penolongku dan Allahku!"

Raja sebesar dan sehebat Daud pun punya rasa kuatir tapi Beliau tidak mau berlamat - lamat dalam gundah - gulananya. Beliau berharap pada Yang Kuasa, Sang Penolong Abadi. Dan beliau selalu berSyukur atas segala hal yang terjadi di hidupnya. Tak ada penyesalan dan tak ada gerutuan. Semua diserahkan kepada Kuasa Ilahi dan mengalir terus sepanjang musim seperti air mengalir.

----00----