Monday, December 22, 2014

Setelah raportan

Setelah pembagian rapot kemarin Sabtu, rasanya lega bahwa Ceza mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Pelajaran yang menggunakan kurikulum yang digadang-gadang bagaikan hantu.. Ternyata, Ceza mampu juga mengikutinya. Ranking buat saya adalah bonus. Karena bukan ranking yang menentukan seorang anak itu pintar. Menjadi yang terhebat di antara temannya pun tak menafikan bahwa dia pun didukung oleh teman-temannya untuk menjadi pintar. Jadi, saya tak memaksa Ceza untuk bisa ranking di sekolah tetapi mampu mengerti dan memahami pelajaran. Sebab, dengan memahami pelajarannya dia akan mudah menjawab semua pertanyaan.

Sebab, kepintaran dan kecerdasan itu bisa dilihat dari banyak tanda. Dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, emosi, bahasa dan sosial kemandirian. Untuk mengoptimalkan semua kecerdasannya, anak perlu mendapat stimulasi terarah selain nutrisi yang lengkap.

Jangan membiasakan anak bermain pasif, seperti terlalu banyak menonton televisi. Biarkan ia bermain, membaca, menjelajahi dunia di sekelilingnya a k a benda - benda di sekelilingnya. Sebab semakin banyak bergerak, membaca sembari bereksplorasi akan semakin mengasah kecerdasannya.

Tak habis-habisnya  

Selain itu juga merangsang kreativitasnya, dengan bermain balok, mewarnai, menggambar atau bermain - main di luar ruangan. Ingat sekali saya,bou mengajarkan Ceza untuk mewarnai huruf dengan warna berbeda dengan latar belakangnya. Saya memang tidak memprotesnya untuk Ceza belajar melihat dulu hasil karyanya. Jika huruf diwarnai merah lalu latar belakangnya merah pula, jelas hurufnya tidak terlihat. Ceza belum mengerti maksud Bou sampai setelah selesai mewarnai, dia tidak bisa membedakan hurufnya. So, dia belajar tidak menggunakan warna yang sama lagi jika besok diberi tugas mewarnai lagi. 

Selain stimulasi, yang tak kalah penting adalah sentuhan ibu. Sentuhan yang penuh kasih dari orang tua terbukti bisa mempererat bonding anak dan orangtuanya. Sentuhan ibu membuat anak kita dapat tumbuh lebih percaya diri karena merasa disayang dan dihargai. Saat dewasa, anak akan menjadi pribadi yang mudah bersosialisasi dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Anak juga menjadi lebih mudah bergaul, bisa berempati, serta sayang dengan hewan peliharaan. 

Itulah sebabnya, menciptakan waktu berkualitas antara orangtua dan anak sangatlah penting dilakukan. Sebanyak apa pun urusan kantor atau pekerjaan rumah, sempatkan waktu untuk berkomunikasi dan menyentuh anak secara langsung. Membelai, memeluk, mencium atau menemani sesaat sebelum tidur membuat anak merasa tidak ditinggalkan. Jangan lupa selipkan kata-kata positif yang dapat membangun kesembuhan dan kepercayaan diri mereka.

Sehingga, suatu saat kelak dia menjadi seseorang dia pun akan lakukan seperti yang kita lakukan. Sama hal dengan saat ini kita adalah penerus dari didikan ibu,mamak,umi,mami,bunda apalah sebutannya untuk orang yang telah melahirkan, membesarkan dan tak putus-putusnya mendoakan kita.

Terima kasih Mamak.. Untuk segalanya...

Thursday, December 18, 2014

Jangan sepelekan kesehatan gigi

Pengalaman saya yang selalu bermasalah dengan gigi sedari kecil memberi kesadaran tinggi ke saya untuk selalu rajin merawat gigi. Kebiasaan ini saya tularkan kepada Ceza dan Cheryl dengan tidak henti-hentinya mengingatkan untuk menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur di malam hari.

Karena ternyata, biaya untuk berobat ke dokter gigi terbilang tidak murah,lho.. Ini pengalaman saya sekaligus pengakuan drg Aida Hermansyur SpKG di sebuah media. Bahan-bahan yang digunakan dokter gigi di Indonesia mayoritas adalah barang impor. Baik itu kapas hingga bahan penambal gigi. Karena kapas lokal kualitasnya masih kurang  menyerap karena kadar lemaknya masih tinggi.

Lalu hal-hal apa saja sih yang perlu diperhatikan terkait kesehatan gigi ini? Berikut ulasannya.

Saat melakukan perawatan gigi, dokter gigi akan berupaya untuk sesedikit mungkin melukai jaringan yang sehat. Dalam pandangan seorang ahli konservasi gigi, setiap gigi harus diselamatkan.
Dahulu, dokter gigi memang harus membuat bukaan yang lebar untuk menambal gigi. Soalnya, tambalan gigi berbahan merkuri (amalgam) hanya bisa terpasang dengan baik jika dilakukan under cut pada gigi. Hal tersebut dapat memunculkan keretakan pada gigi dalam jangka panjang.

Dengan teknologi kedokteran yang sudah lebih maju saat ini maka kerusakan (kavitas) gigi tidak perlu tindakan bor gigi, bisa saja kariesnya saja yang dibuang. Namun, setiap orang mesti sadar bahwa bahan tambal belum ada yang sempurna sehingga tindakan preventif tetaplah langkah utama.

Gigi pun tak boleh sembarang dicabut. Gigi hanya dapat dicabut kalau memang sudah tak bisa dipertahankan misalnya ada keretakan sampai ke akar atau gigi sudah terbelah hingga kehilangan fungsinya.

Keretakan gigi dapat terjadi secara perlahan atau mendadak tergantung penyebabnya. Secara umum, keretakan gigi terjadi mayoritas di kelompok usia 30 sampai 50 tahun. Penderitanya merata antara laki-laki dan perempuan. Keretakan biasanya muncul akibat kebiasaan yang kurang baik bagi kesehatan gigi. Mayoritas keretakan terjadi pada geraham bawah. Kebiasaan sepele seperti menyunyah es batu, menggigit tulang ayam atau tulang ikan, membuka tutup botol dengan gigi dan mengeretakkan gigi secara tidak sadar sampai membuat gigi mudah retak adalah salah satu penyebabnya.

Ketika menemukan kasus gigi retak maka dokter akan mencoba seoptimal mungkin untuk mempertahankan gigi asli. Lubang dan infeksi akibat gigi retak pun diterapi. Keputusan untuk mencabut atau mempertahankan gigi haruslah diambil berdasarkan pertimbangan ahlinya, yakni ahli konservasi gigi. Selamatkan dulu yang tersisa lalu dilanjutkan dengan perawatan berikutnya.

Jika ternyata gigi tak bisa diselamatkan, ahli konservasi gigi akan merujuk pasiennya ke dokter gigi spesialis bedah mulut. Berikutnya, untuk membuatkan gigi tiruan, pasien akan dijadwalkan berkonsultasi dengan ahli gigi tiruan yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Perlu diperhatikan bahwa belakangan ini kasus karies makin menonjol pada orang yang sehari-hari banyak mengonsumsi roti. Ternyata walau terbuat dari tepung, roti bersifat sangat asam bagi mulut. Raginya pun cenderung menempel pada gigi. Alhasil, gigi rentan berlubang dan gusi pun rawan meradang. Pada anak-anak, kebiasaan menyusu dengan dot menjadi penyebab dominan karies gigi susu pula.


Untung adek hanya minum susu dari botol higga usia 1 tahun 6 bulan

Disadur dari Suplemen Republikam Selasa,16 Desember 2014, "Pertahankan Kesehatan Gigi".

Wednesday, December 17, 2014

Anak Difabel

Masih ingat bagaimana Dewi Yull mendukung alm.putri pertamanya mengikuti passionnya melukis. Dewi Yull dan suaminya saat itu,em,lupa namanya sangat mendukung kegiatan putrinya itu. Dengan bangga dan penuh kasih, Dewi Yull menjelaskan bakat anaknya tersebut yang membuat sang putri menjadi terkenal sebagai seniman. Dan sang putri diperlakukan juga sebagaimana anak muda lainnya padahal jelas - jelas putrinya tersebut terdapat ketidaksempurnaan, jika menurut istilah saya. Saya merasa salut kepada Dewi Yull hingga saat ini, tak semua orangtua mampu bersikap dan bertegas hati sedemikian. Saya salut sekali. 

Selain itu, saya mempunyai seorang teman saat di Bandung dulu yang mampu melakukan banyak hal yang saya sendiri tidak pernah mampu bisa semisal menjahit lalu menyetir dengan handal (yang ini saya bisa mengimbanginya..hhahahaa...maap ya jeung)..Tapi,saya selalu salut dan bangga punya teman seperti dia.. Dan terlebih sekarang dia mempunyai dua putra-putri,lengkaplah sudah..Oh, ditambah lagi, sang suami sudah bertugas di Kanwil yang sama dengan dia semakin melengkapi kesempurnaan hidupnya.

Satu yang saya bisa pelajari adalah Mencoba semuanya dan tidak menghambat karena ketidaksempurnaan. Saya membaca artikel bahwa kerap kali anak - anak difabel dikurung di dalam rumah karena orang tua merasa malu dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan di sejumlah desa ditemukan kasus anak difabel yang dirantai atau dipasung. Semuanya bermula karena kurang informasi dan edukasi.

Anak tak mendapat haknya untuk memperoleh fasilitas kesehatan, pusat rehabilitasi atau sekolah. Padahal, anak difabel seharusnya memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Mereka berhak memiliki identitas, mendapatkan pendidikan layak dan diterima di lingkungan sekitar.

Akibat rasa malu orang tua acap kali menunjukkan kepedulian dengan cara yang salah. Contoh sederhana, ayah dan ibu tak pernah mengantar atau mendampingi anaknya terapi. Padahal, anak tidak hanya memerlukan terapi atau bentuk layanan kesehatan tetapi juga kasih sayang, belaian tangan, canda tawa dan cinta dari ibu serta ayahnya. Sebab yang paling paham kondisi anak secara psikis dan fisik adalah orang tuanya bukan orang lain.

Kenyataan lain di Indonesia adalah fasilitas dan pelayanan kesehatan, pendidikan dan fasilitas umum masih jauh dari memadai bagi anak - anak berkebutuhan khusus. Padahal, hak mereka sudah diatur dalam undang - undang, tetapi penerapannya masih jauh dari harapan. Masih sedikit sekali sekolah yang bisa menerima anak-anak difabel. Tenaga pengajar pun belum banyak yang mumpumi mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

Di samping itu, masyarakat juga kerap membully anak berkebutuhan khusus. Persepsi mengenai anak difabel tidak bisa apa-apa dan tempatnya hanya di rumah atau sekolah luar biasa (SLB) masih kuat melekat di benak kebanyakan orang.

Bagaimana bentuk dukungan kepada anak-anak istimewa ini?
  • Apakah sudah mengetahui buah hati Anda? Rata-rata anak yang dibawa ke Rumah Autis belum pernah mendapatkan diagnosis apa pun. Orang tuanya bahkan tidak berusaha untuk mencari tahu mengenai kondisi anaknya. Padahal itu diperlukan dalam membantu pengasuhan anaknya.
  • Menyimpan seluruh jejak rekam medis anak. Simpan semua dokumen agar saat memeriksakan anak, dokter lebih bisa komprehensif mengamati perkembangan anak. Rekam jejak ini juga penting untuk keperluan mendaftarkan anak ke sekolah umum atau lembaga pendidikan lainnya.
  • Banyak orang tua yang tidak bisa menerima kondisi anaknya yang berkebutuhan khusus. Jika fondasi rumah tangga kurang kuat, perceraian bisa saja terjadi. Anak pun menjadi korbannya, tak mendapat perhatian dari orang tua. Sebagai seorang dewasa dan berpendidikan, orang tua harus bersikap bijaksana dan bertanggung jawab. Anak adalah anugerah dan harus dirawat sebaik mungkin.
Disadur dari Suplemen Republika parenting "Hak Anak Difabel"  Selasa, 16 Desember 2014

Tuesday, December 16, 2014

Persiapan Liburan Akhir Tahun

Sudah tidak sabar lagi rasanya ingin segera terbang menuju Medan. Jadwal penerbangan kami tanggal 30 Desember 2014, rasanya waktu berlalu begitu lama menuju tanggal itu. Ditambah lagi, ini pengalaman setelah hampir 5 bulanan terakhir kali kami ke Medan.

Mengingat terakhir kali adek Cheryl melakukan penerbangan saat berusia 1 tahun 8 bulan, maka di usia adek sekarang 2 tahun 6 bulan semestinya tidak merepotkan lagi. Tapi perlu juga mempersiapkan beberapa cemilan dan antisipasi dengan membawa minuman anti mabuk di perjalanan nanti. Lengkapnya sebagai berikut.

Adek pas 2 tahun.. Oups, sorry masih ada merekan gitu..

Mabuk perjalanan (motion sickness) paling sering mengenai anak usia 2-12 tahun dan justru jarang terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun maupun orang dewasa. Mabuk biasanya terjadi karena rangsangan gerak pada organ keseimbangan tubuh yang berlebihan. 
Berikut tips untuk mencegah mabuk perjalanan

- Posisi duduk yang paling aman dari serangan mabuk perjalanan bagi anak dalam mobil adalah di barisan depan atau tengah. Bila dalam perjalanan udara, posisi yang paling aman adalah posisi di tengah (sayap) pesawat. Pada posisi ini biasanya guncangan tidak terlalu hebat dibandingkan tempat duduk lainnya.

- Dalam perjalanan darat, upayakan anak lebih banyak melihat jauh ke depan dan tidak melihat benda-benda yang bergerak secara cepat di dekatnya (misal mobil yang melaju berlawanan arah). Refleks mata yang mengikuti benda bergerak cepat dan berlangsung lama dapat membangkitkan rasa mual.

-Hindari kondisi pencernaan yang terlalu penuh dengan makanan berat atau minuman bersoda. Berikan makanan ringan dan tidak banyak berlemak sebelum dan selama perjalanan bila memang lapar. Hindari pula kondisi kekurangan cairan karena ini juga dapat membuat mual dan mudah pening.

-Hindari membaca buku atau bermain gadget selama dalam perjalanan di mobil. Upaya mata memfiksasi pandangan pada objek yang dekat dan cenderung bergerak karena guncangan akan membuat mata lelah dan dapat memunculkan rasa mual dan pening.

-Pastikan udara dalam kendaraan cukup segar dan memiliki sirkulasi yang baik. Hindari membawa sesuatu yang beraroma terlalu keras dan menyengat. BIla memang anak sudah tampak mulai merasakan gejala mabuk perjalanan, kerap kali minyak aromaterapi dapat membantu mengalihkan rasa mualnya.

- Dalam perjalanan darat dengan kendaraan pribadi, upayakan kendaraan melaju dalam kecepatan yang stabil dan tidak berguncang terlalu banyak. Bila anak tampak mulai jenuh atau mual, menepi dan beristirahatlah sejenak sekitar 10-15 menit di area istirahat yang ada.

- Meski dapat dibeli bebas, obat pencegah mabuk perjalanan dan gejala mual muntah yang ada di pasaran dapat memberikan efek samping bila salah penggunaannya. Oleh karena itu, bila sudah diketahui bahwa anak mudah mengalami mabuk perjalanan, sebaiknya berkonsultasi dahulu ke dokter anak untuk dipertimbangkan pemberian obat yang diperlukan dan tidak mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter sebelumnya.

Kompas Klasika, "Mencegah Mabuk Perjalanan pada Anak". Martinus M Leman. Minggu, 14 Desember 2014

Friday, December 12, 2014

Panjang Akal Kunci Bahagia

Membaca judulnya rasanya memberi semangat untuk selalu merasa senang dan gembira walau saat asa tak terlihat ada..hhee.. puitis sekali.. Tapi itulah yang saya rasakan saat menjelang akhir tahun ini.

Tahu sendiri kan tradisi menjelang Natal di agama Kristen adalah menampilkan hiasan natal di rumah, seperti pohon natal atau hiasan dinding natal. Dan, rasanya jika harus membongkar inventaris di rumah pasti bakalan mengundang keramean dan kehebohan. Terutama jika sang Adek ikut serta "membantu" lebih baik saya memilih tidaklah.

Itulah sebabnya saya mencari akal a k a ide seperti yang dilakukan oleh teman saya +Sondang Purba which mencari ide hiasan natalnya via media sosial Pinterest. Akhirnya,saya pun menemukannya...

 Hiasan pintu suasana natal

Sebelumnya saya sudah menggunting kertas warna - warni dalam bentuk potongan - potongan kecil. Saya pilih yang bernuansa merah dan hijau supaya terasa seperti natal - natal di luar negeri.. hhehehee...

Sebelumnya,saya sudah menyiapkan potongan karton tebal berbentuk oval yang sudah diberi lubang di tengah sebagai tempat untuk menempelkan potongan - potongan kertas. Nah, selanjutnya adalah menempel potongan - potongan kertas. Bagian itu nanti adalah tugas Kakak dan Adek supaya mereka senang.

Ternyata, tiba di rumah mereka membantu sebentar sih terutama kakak, sanggup menempel hanya 5 lembar kertas warna.. hhahaha...
Sementara, adek...menempel 2 lembar tapi kertasnya "dikremek kremek" lalu ditempel sembarang... Indah sih tapi...hhahahhaa... 

Setelahnya adalah bagian saya untuk merapikan dan menempelkan tali dan jarum dinding. Begitu ditempel..tara.... tahu komentar si Adek ? "Kaya donat ya.."" ??? hhahahaha...
Analogi adek sederhana banget tapi mengena..

Lalu dimana letak kunci bahagianya?
Saat saya, Kakak dan Adek menempel  - nempel adalah saat kami bersenda gurau, adek berceloteh " It's mine..aku tempel ya Mi.." Agak tidak jelas sebenarnya pengucapannya tapi kami mengerti maksudnya.
Di situ saya mengerti bahwa Adek sudah mengenal kata "tempel" dan sudah tahu "hak milik" padahal saya tidak pernah mengajarkan adek kata "it's mine" hanya kata-kata seperti "share" dan beberapa benda seperti binatang, warna dan bentuk. Asumsi saya, Adek belajar dari tontonan tv kabel dan hapal sekali jargon itu.

Sementara kakak? Saya mengerti bahwa kakak sudah mengerti seni. "Aku taruh di sini ya Mi, supaya deket punya Mami dan cantik deh.."

See..??? Apa lagi yang saya harapkan selain putri - putri yang ceria dan tumbuh kembangnya luar biasa. Perasaan itu menambah percaya diri saya.. Saya mampu membesarkan kedua putri supaya mereka bahagia dan menikmati masa kanak-kanaknya. Saya bahagia mereka terbangun dengan mencari saya..Terutama Adek, walau kadang spanning juga karena Adek suka langsung nangis kalau saya tidak disampingya.. hiks.. 
Itu proses, saya yakin lambat laun dia mengerti Mami mau take a bath untuk bekerja seperti kakak yang sudah dalam tahap mengerti bahwa mami papanya bekerja untuk sekolahnya, untuk masa depannya...

 +Asri Arsiati  TeRuslah yakin bahwa Bahagia itu karena kita punya akal untuk menciptakannya...


Tuesday, December 9, 2014

Trik buat Ibu bekerja

Seorang ibu bekerja perlu sekali membangun kebersamaan keluarga ditengah waktunya yang terbatas. Melanjutkan pembahasan Ibu bekerja edisi Selasa, berikut ini akan dibahas beberapa tips yang mungkin dapat memudahkan ibu bekerja untuk menjalankan peran gandanya.

  • Kualitas komunikasi
Kenali tipe kepribadian anak agar pembicaraan bisa lebih lancar. Anak yang introver cenderung tak mudah untuk bercerita. Hindari melayangkan pertanyaan yang bersifat interogatif. Pancing anak dengan menanyakan perasaannya terlebih dahulu sebelum beralih ke pertanyaan yang bersifat kognisi. Psikolog Efnie Indrianie menyarankan," Berhati-hatilah menelepon untuk menanyakan soal pelajaran karena beban kurikulum yang berat menghadirkan tekanan tersendiri buat anak."

  • Nada bicara
Gunakan nada rendah saat membuka pembicaraan lalu naikkan nada suara begitu anak mulai menyahut dengan semangat. Manfaatkan kemudahan teknologi komunikasi dengan berinteraksi dengan anak di sela - sela waktu istirahat kantor. Ibu bisa menelepon buah hatinya pada jam makan siang dan jeda waktu menjelang petang. Usahakan untuk mempertahankan kualitas komunikasi.

  • Penilaian dari si kecil
Anak bisa merasakan ketulusan perhatian orang tuanya. Kendati waktu ayah dan bunda terbatas untuk bermain dengannya, sesebentar apa pun momen yang didedikasikan untuknya akan terasa berarti bagi anak. Hadirlah secara fisik dan emosi berinteraksi dengan buah hati agar terjalin chemistry antar orang tua dan anak. Lagi pula, ibu tentu juga membutuhkan kebersamaan dengan keluarganya, bukan?

  • Kematangan mental
Sebagai ibu bekerja, ibu harus berusaha menerima kondisi waktunya untuk aktivitas yang sifatnya personal akan menjadi terbatas.Waktu yang tersisa dari padatnya jam kerja mesti diprioritaskan untuk membangun kehangatan keluarga. Selain itu, dibutuhkan kematangan mental agar ibu bisa mendedikasikan dirinya bagi keluarga.

  • Rasa bersalah
Perasaan bersalah dapat menyergap ibu bekerja kapan saja. Akui perasaan tersebut untuk menurunkan tingkat stres. Berdialog dengan diri sendiri dapat membantu menenteramkan hati. Cobalah mengingat kembali motivasi bekerja. Selagi anak aman dalam penjagaan orang terpercaya, ibu dapat bekerja dengan tenang. Ketika rasa bersalah datang, pertahankan aturan keluarga yang telah disepakati. Psikolog Efine mengingatkan bahwa jangan sampai rasa itu memicu ibu melonggarkan penegakan disiplin dengan meloloskan segala keinginan anak.

  • Sentuhan ibu
Ketika anak tampak tak tahu peran dan tanggung jawab yang harus dijalankannya dalam keluarga, ibu harus segera mengintervensi dengan sentuhan kasihnya. Demikian pula, kalau tingkah anak bertentangan dengan tata nilai yang dianut keluarga. Andaikan pola relasi di dalam keluarga terasa tak ada lagi kehangatan, ibu pun mesti cepat mengambil perannya. Mengapa harus ibu? Efnie menegaskan, sebab Sosok Ibulah yang berfungsi mengatur dan hubungan emosional ibu dengan anggota keluarga lebih dekat ketimbang sosok ayah.

Disadur dari Suplemen Republika, Selasa, 9 Desember 2014. "Mulus Menjalankan Peran Ganda"

Monday, December 8, 2014

Dilema yang tak kunjung usai

Pernah menemukan ibu bekerja yang santai saja meninggalkan anak di rumah tidak? Mungkin ada ya misalnya yang menitipkan anak ke keluarga misal ke kakek nenek. Tetapi, cerita Ibu saya a k a Opung boru Ceza bahwa Gerald selalu gelisah jika jam sudah menunjukkan pukul sore dan Papa Mamanya belum menjemputnya. Artinya, bahkan saat dititipkan dengan keluarga terdekat pun, seorang anak tetap merindukan orangtuanya yang sedang bekerja juga kok.

Kebetulan sekali Suplemen Republika hari Selasa,9 Desember 2014 membahas Peran Ganda Ibu bekerja sembari mengurus rumah tangganya. Jika tak lihai menyiasati, kenyataan jam bekerja yang luar bisa dapat membuat ibu merasa bersalah terhadap anak anaknya. 

Segera usir perasaan itu sembari cari solusi mengatasi keterbatasan waktu. Upayakan untuk mengatur waktu lebih baik. Dengan demikian, ibu pasti bisa memberikan perhatian yang cukup kepada anggota keluarganya. Apalagi, ibu secara alami telah dibekali dengan dua kromosom X dan fleksibilitas kerja otak yang memungkinkannya untuk multitasking. Sebab, manajemen waktu yang baik memungkinkan ibu  ibu yang terimpit waktu bisa menciptakan quality time dengan anaknya. Begitu sampai di rumah, siapkan hati dan pikiran untuk hadir ke dunia anak. Kalau anak sudah terlelap saat ibu pulang kantor, manfaatkanlah sedikit waktu yang ada pada pagi hari. Seorang psikolog dari Universitas Maranatha Bandung menyarankan "Jadilah orang pertama yang tersenyum menyambut bangunnya si kecil."

Miliki regulasi diri yang baik. Kondisikan otak untuk berpikir tentang anak saja, singkirkan hal lainnya. Dalam hati, perintahkan otak untuk beranjak dari pikiran tentang kantor maupun keruwetan lainnya ke segalanya tentang anak. Jika belum lancar melakukannya, coba latih kemampuan tersebut secara konsisten selama 21 hari hingga terbiasa. Setidaknya, butuh 21 hari sampai 30 hari untuk membuat kebiasaan positif tersebut melekat. Perlu juga menguasai teknik relaksasi dan cara menjaga kesehatan yang mendasar.

Ibu bekerja mesti kompak bekerja sama dengan suaminya dalam mengasuh buah hatinya. Tentunya, diperlukan komunikasi yang intensif untuk bisa mencapai kesepakatan pengasuhan. Namun sebelumnya, Ibu mesti mengenali suaminya berdasarkan tipenya sebagai laki  laki. Lelaki yang family man berbeda dengan yang merasa kewajibannya hanyalah mencari nafkah.

Untuk mencapai kesepakatan pengasuhan, ibu harus menyampaikan maksudnya dengan kalimat yang jauh dari kesan instruksi. Saat bernegosiasi, lakukan pemetaan kompetensi masing  masing. Ayah yang jago matematika tentu akan merasa berat mendampingi anandanya belajar sejarah. Bagi tugas berdasarkan kompetensi ibu dan ayah agar tak terbeban menjalankannya.

Sunday, December 7, 2014

Perbedaan Jenis Kelamin

"Mama,aku gak mau rambutku dipotong..ntar aku kaya cowok" demikian protes kakak setiap akan potong rambut. Bahkan sang adek sekarang pun sudah tahu kata "cowok", demikian ucapnya. Adek sih mommy ngerti kalau dia hanya sekadar membeo, karena usianya baru 2,6 tahun. Tapi,kakak.. sudah sekolah dan beragam teman dia punya.. Bahkan dia sering cerita, " Si "anu" mi..cowok tapi ngomongnya kayak cewek mi.. kayak bencong..lucu deh.." 

Sedari TK memang Ceza sudah tahu konsep cowok dan cewek. Bahwa cewek menggunakan rok dan cowok menggunakan celana. Bahkan, Ceza tahu konsep celana jins yang modelnya terlihat seperti punya cowok karena ukurannya longgar sementara jins cewek adalah jins yang modelnya ketat dan pas di kaki.. #Hheeh.. 

Kebetulan sekali ketemu artikel yang membahas tentang identitas jenis kelamin di Klasika Kompas, Minggu 30 November 2014.
Ternyata perilaku seksual terjadi sepanjang masa  kanak - kanak. Pada beberapa hari kehidupan, bayi lelaki dapat mengalami ereksi dan bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan dari vagina. Setelah periode prasekolah, masturbasi dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin, seringnya pada anak lelaki. Antara usia 2 - 3 tahun, anak akan mengidentifikasi diri mereka sebagai lelaki atau perempuan, tetapi pemahaman bahwa jenis kelamin bersifat menetap mungkin baru berkembang pada usia 4 sampai 5 tahun.

Adalah biasa jika seorang anak prasekolah menyatakan keinginan ingin menjadi anggota kelompok dari lawan jenis dan berpura-pura menjadi anggota lawan jenis .

Sementara, anak usia sekolah dasar sudah menunjukkan identitas gender yang kuat dan konsisten, dan perilaku mereka (peran gender) mencerminkan hal tersebut. Jika anak pada usia ini berprilaku sesuai gender lawan jenis, orangtua mungkin khawatir akan kemungkinan anak mereka memiliki orientasi seksual homoseksual. Kekhawatiran ini terutama berlaku jika anak lelaki terlibat dalam perilaku tidak sesuai yang umumnya dipandang sebagai kurang diterima secara sosial dibandingkan seorang gadis yang tomboi.

Upaya untuk meyakinkan bahwa perilaku tersebut masih sesuai dengan perkembangan anak yang tipikal adalah pantas bila perilaku tersebut merupakan bagian dari bermain peran gender yang masih berubah - ubah. Kekhawatiran dapat terjadi jika perilaku tersebut terjadi sebagai respons terhadap stres, misalnya kelahiran bayi dengan jenis kelamin berbeda dari anak atau perceraian orangtua. Sebaliknya, jika perilaku tersebut terjadi dengan pola yang konsisten dan persisten, serta memperlihatkan minat spesifik yang biasanya ditunjukkan oleh anak dengan lawan jenis kelaminnya, rujuk anak untuk mendapat evaluasi mengenai gangguan identitas gender (GID).

GID memiliki karakteristik adanya identifikasi gender yang berlawanan secara terus-menerus dan menetap, serta merasa tidak nyaman dengan gender yang sesuai dengan bentuk tubuhnya. Pada anak-anak, perasaan ini dapat diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan gender lawannya, seperti cara berpakaian, menyatakan keinginannya untuk memiliki jenis kelamin yang berbeda, serta adanya preferensi yang kuat dan hampir eksklusif untuk berperan, menyukai permainan, dan bermain bersama teman dengan jenis kelamin yang berlawanan. Kurun waktu perilaku tersebut sering kali dapat ditelusuri ke periode prasekolah, tetapi rujukan untuk evaluasi baru terjadi pada usia sekolah, ketika perilaku tidak bersifat menetap, serta mulai mengganggu hubungan sosial.

Perubahan biologis, sosial dan kognitif selama masa remaja terfokus pada perkembangan seksual. Merasa nyaman dengan perkembangan seksual seseorang merupakan salah satu tugas perkembangan utama pada periode ini dan kemungkinan akan melibatkan berbagai pertanyaan dan eksperimen. Ketika remaja mengembangkan orientasi seksual yang konsisten, hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor (sosial, keluarga, individu). Beberapa remaja melaporkan bahwa mereka yakin orientasi seksual mereka sejak usia remaja awal, sedangkan sisanya terjadi lebih lambat. Pada usia 18 tahun, hanya sebagian kecil remaja yang tidak merasa yakin akan orientasi seksual mereka.

Disadur dari Kompas, Klasika, Minggu, 30 November 2014, "Mengenalkan Anak pada Identitas Jenis Kelamin"