Saat ini saya sedang di angkutan umum menuju rumah,di tengah kemacetan yang "no more words to say"...lalu,radio yang sedang saya dengar ini membahas "Kapan terakhir anda mendapat surat cinta?" .... well...well.. mayoritas pendengar menjawab terakhit kali mendapat surat cinta hampir 20 tahun yang lalu..wow..wow..wow... Itu sebab saya tergelitik untuk menulis..
Pengalaman saya (lupa lupa ingat sebetulnya), waktu saya SD kelas 5 ato 6 gitu,seorang teman gereja mengirim ucapan Natal melalui sebuah kartu..i didn't saya that's a love letter,but..i pressume it was a love letter...hhahahaaa..
Jaman dulu teknologi paling canggih adalah korespondensi memang.Bangga punya sahabat pena banyak,rajin berkirim surat dengan teman yang pindah kota ikut orangtuanya pindah.Bahagia sekali jika pak pos datang mengantar surat.Jadi,ya memang suratlah media mengungkapkan ide saat itu..Selain itu...?? Tak ada lagi.. Belum ada handphone,bahkan pager baru ada di tahun 1995an dan itu juga hanya untuk kalangan terbatas.Seberapa panjang sih karakter yang bisa ditampung oleh pager?
Masuk tahun 2000an,sudah ada teknologi mirc,email,frendster,blogger,handphone, lalu facebook..Media-media itu awam digunakan orang untuk mengirim pesan,mengungkapkan perasaan baik bahagia maupun perasaan"tidak bahagia" .. Lalu,media surat..? kecuali untuk urusan resmi,saya sendiri malas menulis surat bahkan untuk pasangan saya.. Mengungkapan rasa bahagia,saya sampaikan melalui path atau facebook...Tinggal pencet sana sini,lalu upload deh...Memang sih romantisme agak sedikit kurang timbang menulis surat dalam sebuah kertas harum bermotif bunga...hhahaha...jadul banget yah... Tapi,praktis.. Saat ini jamannya praktis dan efisien,katanya.Saya setuju akan hal itu,apalagi saat ini saya sudah pujya bontot.Bahkan mempunyai me time pun jarang sekali...*curcol nih...
Well,intinya surat cinta aka love letter,terdengar sudah usang tapi saya tidak menafikan perlu juga melakukannya sesekali.Tujuannya,melatih kepekaan saya,kemudian mengasah naluri saya juga.Saya rasa cukup itu pemikiran saya.
*ditengah kemacetan menjelang Hari Raya Idul Adha,24 Sep 15
Wednesday, September 23, 2015
Thursday, September 17, 2015
Content
Sejak dulu, jika ditanyakan saya itu anak pintar, mamak saya selalu mengklarifikasi," Tidak juga.. si Butet (panggilan kecil saya) hanya rajin aja.."
Itu pedoman saya hingga berani melanjutkan sekolah ke luar kota Medan, berani kerja kantor pertama di Sukabumi. Sukabumi kota kecil, adem, nyaman dan santai. Perjalanan menuju kota besar terdekat Bogor saya makan waktu sampai 2 jam.Setiap Sabtu, saya ngelaju pulang ke Bogor. Capek tapi di Sukabumi juga mau apa. Setelah itu saya ke Bandung, berkeluarga dan terakhir di Depok.
Satu yang saya pegang, saya "Content", saya setia dan sabar. Saya menunggu hingga tiba saatnya, Tuhan pasti akan membawa saya terbang tinggi seperti rajawali. Komentar suami saya yang sudah pindah kantor sebelas kali selama 14 tahun, "Entah terlalu nyaman di comfot zone, entah memang saatnya"... hihihiii...
Tapi, saya anggap angin lalu sebab di Kitab Suci pun disebutkan orang yang content, orang yang setia dan taat, dia yang mendapat. Sebab dia sabar, sebab dia bertahan di saat susah dan di saat senang pun pasti sabar. Selama sabar, ada kebiasaan yang terbentuk menjadi sikap, memberikan pandangan hidup. Jika ditanyakan kepada saya bagaimana menuju suatu tempat di Bandung, saya akan dengan mudah menjelaskannya. Sebab, dulu saya terbiasa kemana - mana sendiri dan menjadi ritual saja, di luar kepala hapal.
Jadi, saya rasa orang boleh punya pendapat tapi saya yang menjalani. Orang boleh punya pemikiran yang berbeda tetapi saya yang mampu mengukur sejauh mana saya mampu dan tidak mampu.
-Evelin, 17 Sept 2015-
Thursday, September 10, 2015
Ingin memeluk Bapak
Setelah mendengar pengalaman Bapak tadi pagi, rasanya saya ingin terbang segera ke Medan. Rasanya ingin memeluk Bapak agar dia lebih tenang lagi, walaupun tadi Bapak mengaku sudah ikhlas. Tapi, tetap saja... masih kurang rasanya kalau tidak melihat raut muka Bapak.
Saat ini aku sedang mencoba mereka-reka raut muka Bapak yang berusaha tenang tapi mungkin hatinya gundah gulana sebab ditipu oleh penjahat. Sudah puas rasanya setelah aku menulis surat di Suara Pembaca.
Sudah puas rasanya sembari mendoakan agar sang penjahat tidak akan bahagia dan selamat dengan uang hasil curiannya. Rasanya ingin melempar orang itu... Lalu mencincangnya seperti akan membuat sayur cah kangkung.. eeerrr....
Tapi, ah... sudahlah yaa... Ikhlaskan ajala..
Yang penting Bapak tetap sehat dan walafiat sampai adekku Beni menikah di akhir Oktober ini..
Sehat-sehat ya pung...
Saat ini aku sedang mencoba mereka-reka raut muka Bapak yang berusaha tenang tapi mungkin hatinya gundah gulana sebab ditipu oleh penjahat. Sudah puas rasanya setelah aku menulis surat di Suara Pembaca.
Sudah puas rasanya sembari mendoakan agar sang penjahat tidak akan bahagia dan selamat dengan uang hasil curiannya. Rasanya ingin melempar orang itu... Lalu mencincangnya seperti akan membuat sayur cah kangkung.. eeerrr....
Tapi, ah... sudahlah yaa... Ikhlaskan ajala..
Yang penting Bapak tetap sehat dan walafiat sampai adekku Beni menikah di akhir Oktober ini..
Sehat-sehat ya pung...
Kejahatan di mesin ATM di SPBU
Kejadian ini bisa terjadi dengan siapa saja, kapan saja dan di mana
saja. Terjadi dengan Bapak saya (62 tahun) di SPBU No 14.20111.10, Jl Gaperta
No 285 (depan jalan Beringin), Medan, Sumatera Utara.
Kamis, 9 Sept 2015, kurang lebih pk.07.30, Bapak mengambil tabungan di
Bank Sumut melalui gerai atm di SPBU tersebut. Dari kira - kira 4 mesin ATM
yang tersedia, hanya mesin ATM merk Bank Sumut yang bisa melakukan transaksi
(biasanya tidak pernah menggunakan mesin ini). Kartu atm bisa masuk tetapi
tidak bisa keluar, seperti kegantung di lubangnya. Tiba-tiba
di sebelah Bapak ada laki-laki, yang menyarankan untuk menghubungi nomor
telepon yang tertera di mesin atm tersebut yaitu 087874161888. Lalu Bapak
menghubungi nomor telepon dan mengikuti petunjuk untuk mengeluarkan kartu dan
menjawab semua pertanyaan, termasuk ketika diminta nomor PIN atm.
Selanjutnya, kartu ATM tetap tidak berhasil keluar, Bapak disarankan ke
kantor cabang Bank Sumut terdekat pada pukul 11.00 pagi. Bapak menginggalkan
kartu yang masih tertancap di mesin atm dan berusaha meminta bantuan kepada
petugas satpam di SPBU tapi ternyata tidak ada.
Lalu Bapak datang ke Bank Sumut Cabang Padang Bulan dan di situlah
ketahuan telah terjadi transaksi pengambilan uang sejumlah Rp 4 juta melalui
mesin atm di SPBU tersebut.
Modus kejahatan ini sudah jamak terdengar, akan tetapi tak salah saya
berbagi cerita atas pengalaman buruk yang telah terjadi dengan orang tua saya.
Hikmah yang saya ambil adalah bahwa umumnya pelaku kejahatan beraninya hanya
kepada orang tua. Pengalaman sama juga dialami oleh orangtua teman saya yang
sudah pensiun, Bapak saya pun sudah pensiun.
Kami mohonkan agar pembaca selalu mawas diri dan mengambil tabungan
hanya di ATM yang terletak di lokasi bank atau lokasi - lokasi yang dianggap
aman oleh pembaca. Selanjtunya, agar pihak empunya SPBU pun membantu mengurangi
tindak kejahatan dengan menyediakan petugas jaga yang selalu siaga dan
berjaga-jaga di setiap sisi SPBU.
Terima kasih
Subscribe to:
Posts (Atom)