Ancaman terhadap pembentukan karakter anak adalah hal penting untuk dihadapi menurut saya di tengah gempuran kemajuan teknologi sekarang. Terbayang banyaknya kasus pembunuhan dan bunuh diri di keluarga, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebagainya. Impian karakter muda yang jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin dan mampu menjadi teladan terancam gagal terwujud.
Menurut seorang pakar psikolog, Tika Bisono, degradasi karakter generasi muda tak lepas dari pola konsumtif yang diajarkan sejak dini. Mudah sekali mengeluarkan uang untuk memenuhi permintaan anak, keluarga minim menanamkan nilai moral dan pekerti. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman akan visi dan misi membangun sebuah keluarga. Pasangan berumah tangga jadi tidak mengetahui bagaimana mendidik anak. Akibatnya ketahanan keluarga menjadi rapuh dan gampang sekali terjadi pertengkaran dan KDRT.
Padahal keluarga adalah tempat pertama anak mencontoh pola dan corak perkembangan konsep diri anak. Hubungan ayah dan ibu menjadi model anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Di sinilah letak yang menentukan kualitas bangsa. Kualitas manusia yang baik tentu bangsanya akan maju.
Penting menyadari bahwa pasangan yang menikah harus menanamkan nilai keluarga untuk menciptakan pribadi anak yang berkualitas. Perlu bagi pasangan untuk bertukar pikiran mengenai visi dan misi keluarga. Semakin jelas konsep nilai keluarga yang diwariskan pada anak maka semakin mudah orangtua mendidik dan mengasuh buah hatinya. Membangun keluarga bukan tanpa masalah namun ketika orangtua sudah sepakat dengan konsep membesarkan anak, paparan negatif pada anak akan mudah disaring.
Penting pula mengajarkan anak konsep rohani, keberadaan Tuhan sebagai penolong dan sesama sebagai penolong pula. Dengan menanamkan kasih maka anak pun terbiasa untuk mengasihi sesama dan Tuhan. Sehingga, terbangun kualitas hidup anak yang baik.
No comments:
Post a Comment